Senin, 25 November 2019
Berlarilah Ke Taat
Beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang Taat, menggunakan redaksi yang dalam padanan bahasa Indonesia diantaranya (Cepat, lari, segeralah) dan yang senada dengan itu. Ada ayat (ففرّوا إلى الله -- وسارعوا) dan lain sebagainya.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dalam hal kebaikan kita harus punya Ghirah / semangat untuk menuju sesuatu atau keadaan yang mendekatkan kita kepada Ridha Allah SWT.
Satu Contoh; ketika mendengar adzan, seyogyanya langkah kaki kita harus lebih semangat daripada biasanya. Karena bermalas-malasan mendirikan shalat merupakan salah satu ciri-ciri munafik, bahkan hal tersebut ter-warid dalam Al-Qur'an. (وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ)
Oleh karenanya, marilah kita bersemangat dalam menjalani apapun yang mendekatkan kita kepada Ridha-Nya.
Semoga Allah senantiasa menjaga keutuhan Niat baik (ikhlas) kita...
Amiin ya Rabb...
AM
26 November 2019
Minggu, 24 November 2019
Diskusi Bareng Gus Baha’
كلّكم راع وكلّم مسئول عن رعيته
Sebagaimana
hadist Nabi di atas, kita ketahui bahwa setiap kita adalah pemimpin. Oleh sebab
itu kita harus memaksimalkan tugas kita msaing-masing. Tidak boleh
mendelegasikan tugas kita kepada orang lain berlebihan; sebagai petani maka harus
melakukan tugasnya, menanam padi dan lain sebagainya. Sebagai guru harus
mengajar dengan baik dan profesional. Sebagai kiyai harus mengawal santrinya
untuk menjadi pribadi yang unggul. Dan seterusnya.
Jika
petani menggantungkan ketanganan pangan kepada Menteri Pertanian tanpa menanam
padi, tidak akan mungkin terjadi apa yang di inginkan. Jika masyarakat luas mengandalkan
keamanan kepada menteri Keamanan tetapi tetap saja bertengkar antar suku, antar
daerah pasti juga tidak akan tercapai apa yang di citakan. Dan banyak contoh
lainnya.
Maka
dari itu, setiap dari kita harus berperan dalam hal yang kita terlibat di
dalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung atau dalam kata lain,
saling melengkapi dan saling berperan di bidangnya masing-masing. Insyaallah akan
terwujud apa yang di harapkan. Bahkan dalam hadist tersebut di jelaskan lengkap
bahwa suami adalah pemimpin bagi keluarga. Istri adalah pemimpin bagi harta dan
anak-anak suaminya dan seterusnya.
AM
24 November 2019
Kamis, 21 November 2019
Munasabah
Munasabah
Ayat per Ayat Q.S Al-Waqi’ah 57-62
نَحْنُ خَلَقْنَاكُمْ فَلَوْلا تُصَدِّقُونَ (57) أَفَرَأَيْتُمْ مَا تُمْنُونَ (58) أَأَنْتُمْ تَخْلُقُونَهُ أَمْ نَحْنُ الْخَالِقُونَ (59) نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ (60) عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ أَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِي مَا لَا تَعْلَمُونَ (61) وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْأَةَ الأولَى فَلَوْلا تَذَكَّرُونَ (62)
Artinya : Kami telah
menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan? Maka terangkanlah
kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau
Kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan
Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan. Untuk menggantikan kamu dengan
orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di
akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan Sesungguhnya kamu telah
mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil
pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?
Dalam
rangkaian ayat tersebut, Allah menerangkan kuasa-Nya bahwa Allah sendirilah
yang menciptakan manusia, bahkan tidak hanya menciptakan saja tetapi juga menentukan
batasnya (takdirnya).
Selanjutnya
kami akan mencoba menjelaskan tentang munasabah antar ayat dalam rangkaian ayat
tersebut, untuk memudahkan kita dalam menghafal Al-Qur’an dan juga dalam
memahami penafsirannya.
Pertama, Allah meggunakan kata (خلقناكم) Kami yang telah menciptakan kalian (kata Allah) baik
kita percaya ataupun tidak, Allah telah menjelaskan bahwa Allah sendiri yang
menciptakan kalian semua, lalu muncul dalam benak kita “di ciptakan
dari/dengan apa?” jawaban tersebut akan kita dapatkan dalam ayat
selanjutnya yaitu kata (تمنون) nutfah yang kamu pancarkan. Iya, kita di ciptakan dari
Nuthfah, yaitu mengisyaratkan kepada kita bahwa kita pada mulanya adalah
sesuatu yang tidak berharga (Nuthfah) dan pada akhirya juga sesuatu yang tidak
bernilai pula (bangkai). Di ayat berikutnya Al-Qur’an menggunakan redaksi
pertanyaan, apakah kalian sendiri atau Kami yang menciptakannya. Kita bertemu
ayat (الخالقون) yaitu siapa yang
menciptakan Nuthfah tersebut? Jawabannya adalah Allah. Setelah kita tahu bahwa
kita tidak bisa ada dengan sendirinya, setelah tahu kita di ciptakan dari
sesuatu yng tidak berharga, setelah kita tahu pula bahwa sesuatu yang berharga
tadi pun kita tidak mampu membuat dengan sendirinya. Apakah masih tetap akan
sombong?
Allah tidak hanya menciptakan kita, tetapi juga menentukan Takdir
kita semuanya tersurat dalam Lauh al-Mahfuz, pemaknaan tersebut kita
temukan dalam ayat berikutnya (قدّرنا) Kami telah menentukan.
Yaitu Allah telah menetukan seberapa lama kita akan hidup dan kapan kita akan
di wafatkan.
Setelah di wafatkan, lalu apa lagi? apakah Allah tidak akan kesepian?
Jawabannya tentu saja Tidak, karena Allah sangat mampu untuk mengganti/membuat yang
serupa dengan kita (نبدّل أمثالكم) menggantikan kamu dengan yang semisal kamu. Setelah Allah
menjelaskan perjalanan kita tadi, lalu bagaimanakah sikap kita? Atau apa yang
bisa kita ambil ibrah-nya atau hanya sebagai pengetahuan saja? Ternyata di
jelaskan dalam rangkaian ayat terakhirnya (فلولا
تذكّرون) mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Ayat ini berkaitan dengan hari kiamat yaitu hari dimana manusia
yang sudah mati berjuta-juta tahun akan dibangkitkan kembali untuk
mempertanggung jawabkan amalannya selama hidup di dunia. Rangkaian ayat ini
menjelaskan atau menyetir logika, bahwa kita sendiri pun di ciptakan dari
ketiadaan, dan seperti itu pun Allah kuasa, apalagi mengembalikan sesuatu yang
pernah ada (membangkitkan manusia yang sudah mati) tentu pasti lebih mudah.
Rangkaiannya yaitu kata (خلقناكم) Kami yang telah menciptakan kalian dari (تمنون) nutfah yang kamu pancarkan, selanjutnya (الخالقون) yaitu siapa yang menciptakan Nuthfah tersebut? Jawabannya
adalah pasti Allah. Apakah hanya di ciptakan saja lalu di biarkan? Ternyata
tidak, Allah pula yang mentakdirkan kehidupannya (قدّرنا) Kami telah menentukan. Setelah kalian mati lalu apa yang
terjadi? (نبدّل
أمثالكم) menggantikan kamu dengan yang semisal
kamu. Yaitu Allah menggantikan kamu dengan manusia yang lain. Lalu apa tujuan
dari itu semua? Yaitu supaya kita dapat mengambil pelajaran (تذكّرون).
Wallahu A’lam....
Rabu, 16 Oktober 2019
Catatan Sowan Yai Syarif Rahmat,

Catatan Sowan Yai Syarif Rahmat,
Berawal dari niat mengundang beliau untuk mengisi Peringatan Maulid
di Masjid kami, kami berkesempatan sowan ke Ndalem beliau meskipun jadwal
beliau sudah padat dan tak bisa mampir di masjid kami, tapi tak apa
alhamdulillah mendapat beberapa pelajaran.
Mulai tentang tafsir Isyari hingga memperbincangkan keadaan negara,
kami akan menuliskan yang kami anggap pantas untuk dibagi saja. Beliau bercerita
bahwa beliau sedang menulis semacam catatan tafsir yang mengarah pada Isyari,
yang kadang tiba-tiba datang saat beliau entah dimana.
Salah satunya beliau menceritakan tentang ayat 27 Al-Qasas :
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ إِحْدَى
ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَىٰ أَن تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ ۖ فَإِنْ
أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ ۖ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ ۚ
سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ
Beliau menceritakan bahwa “إِنِّي
أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ” mengisyaratkan adanya
wali dalam pernikahan, wali tersebut yang menikahkan dengan kata “aku ingin
menikahkanmu”. Beliau bercerita mendapatkan isyarat tersebut ketika ditanya
imam besar Istiqlal tentang keresahannya marak nikah tanpa wali.
Adapun kata “أَن
تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ” menggambarkan adanya
mahar dalam pernikahan dan kalimat setelahnya mengisyaratkan kebaikan calon
pengantin untuk mengusahakan mahar terbaik “فَإِنْ
أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ”.
“وَمَا أُرِيدُ أَنْ
أَشُقَّ عَلَيْكَ” mengandung isyarat
bahwa calon mertua tidak diperbolehkan atau tidak dianjurkan untuk menuntut
kepada calon menantu. Tetapi dalam kalimat sebelumya dianjurkan calon pengantin
untuk mengusahakan mahar terbaik yang bisa dia usahakan. Dalam catatan lain “Calon pengantin hendaknya
mengusahakan mahara terbaik untuk istrinya, tetapi calon mertua seharusnya
tidak menuntut sesuatu yang dapat memberatkan calon pengantin pria.”
Obrolan kita tetap berlanjut hingga kemana-mana, diantaranya beliau
menjawab pertanyaan salah satu diantara kita bertiga. Cara memahamkan orang
awam yang terjangkit faham radikal itu justru tidak mudah, karena keawaman
mereka yang mereka jadikan standar, bahwa dia (yang dia anggap ulama’)
yang sering muncul di TV maka itu yang dia jadikan standar.
Massivnya kelompok sebelah yang berfaham beda dengana kita
disebabkan salah satunya karena diamnya orang yang mumpuni, dalam bahasa Gus
Baha’ kita harus lebih massiv dari mereka jika pemikiran atau keyakinan
kebenaran kita ingin di dengar orang lain, dalam era sekarang ya medsos itu,
konten kita (moderat) harus lebih banyak tersebar dari yang selainnya.
Selanjutnya beliau bercerita tentan keadaan orang yang teraniaya
bahwa “Ketika orang-orang yang benar tidak mampu berbicara (melawan), maka
sebenarnya Allah sendiri yang akan turun tangan”.
Tukang sihir saat ini semakin meluas maknanya, bukan hanya pengertian
tukang sihir pada masa lampau tetapi saat ini bisa di artikan tukang editing
video, tukang manipulasi data dan lain sebagainya.
Dan kita doakan semoga beliau selalu diberikan kesehatan sehingga
bisa membimbing kita selalu... Alfaatihah...
AM
AM
Kamis, 12 September 2019
Bu Gendong Penyelamat
Perjalanan waktu dari lulus pendidikan menengah atas hingga waktu
itu sudah berjalan enam tahun, tentu bukan waktu yang singkat untuk
direncanakan sebagai jeda anatara pendidikan menengah dengan kuliah. Tapi begitulah
kenyataannya, aku tidak menempuh jenjang pendidikan formal selama itu. Meski alhamdulillah
bisa menetap di pesantren -dan itu banyak menempa diri ini untuk menjadi
insan yang selalu memperbaiki diri- dan juga melakukan pendidikan non
formal seperti kursus dsb.
Di awal setelah kelulusan, aku telah di tawarin bapak untuk memilih
antara pesantren atau dunia intelektual formal yaitu kuliah. Waktu itu diriku
mantap menjawab pesantren dan tidak aku sesali hingga sekarang. Perjalanan waktu
begitu melenakan, tersadar sudah empat tahun terdampar di pesantren tahfidz
yang waktu pertama diantar bapak aku tak tahu di pesantren harus melakukan apa,
di iringi kepergianku dengan tangis bunda dan deraian air mata bapak juga saat
berpamitan pulang setelah mengantarkanku ke pesantren.
Merasa menjadi orang yang paling malang karena harus jauh dari
orang tua dan saudara, meski di kemudian hari akan terbiasa dengan lingkungan pesantren.
Lantunan murottal, latihan makhraj, setoran yai, tongkrongan senior, dan jam
wajib adalah hal yang ku rindukan kemudian hari. Setelah berjalan beberapa
hari, setelah melakukan penelitian, aku mengetahui bahwa ini pesantren tempat
menghafalkan Al-Qur’an, “aduh” kata hatiku. Tapi aku tak lantas
menyerah, aku akan menjalani sebisanya, toh aku juga pernah berkeinginan hafal
Al-Qur’an saat menyimak guru saya khataman bil Ghaib (membaca Al-Qur’an
tanpa melihat).
Hal yang agak aneh lagi ketika diawal nyantri, ternyata disana
tidak ada air matang ataupun galon. “Astagfirullah, piye ki carane ngumbe”.
Oke aku masih kuat, bathinku. Beberapa saat aku membutuhkan kamar mandi untuk
membersihkan sisa debu perjalanan, disitu aku melihat dengan nyata ada seorang
santri meminum air dari kran bahkan santri yang lain meminum juga dari bak
besar kamar mandi. Tanpa pikir panjang aku mengikuti cara mereka minum dan
masya Allah ada sedikit rasa sabun... hahaha yowes rapopo, ga mati kok....
Betapa pahitnya awal nyantriku, hehe... cerita yang lain, di
sekeliling pesantren ga ada yang kulihat jualan makanan, astagfirullah, aku
lapar. Mau tanya ga berani, waduh derita santri anyar nih... selama hampir dua
puluh empat jam nahan diri untuk ingin makan, karena ga berani tanya apalagi
untuk keluar.... di jam ke dua puluh satu alhamdulillah ada ibu-ibu menjajakan
makanannya di pelataran pondok yang kelak aku tahu teman-teman menamainya Bu
Gendong, mungkin karena dia membawa jajanannya dengan di gendong.
Teruntuk semua yang berjasa mengantarkan aku ke pesantren, semua
ustadz yang mengajariku di pesantren, teruntuk abah dan keluarga, semoga Allah
senantiasa mencurhkan Rahmat-Nya... Al-Fatihah
To Be Continue.... insya Allah
Selasa, 03 September 2019
Aku Bosan Kuliah,-
Setiap orang pasti punya titik jenuh, begitu pula kita sebagai anak
kuliahan. Rutinitas makalah, tahfidz, tugas lain, ngajar, mungkin benar-benar
sangat membosankan dan melelahkan sekali, lebih enak dan asyik untuk selalu
jalan atau touring dan sejenisnya. Tapi kita semestinya ingat dan sadar bahwa
jutaan orang diluar sana ingin sekali mempunyai posisi seperti kita. Oke,
sekarang kita sudah semester berapa? Apa yang sudah di dapat? Sudah bisa apa? Apa
kontribusimu untuk negara dan agama? Kita akan dimintai pertanggung jawaban
itu, kalau tidak didunia ya kelak di akhirat.
So, marilah kita merenung dan beramal nyata disisa masa aktif kita
di perkuliahan. Mari kita selesaikan apa yang mustinya kita rampungkan, mari
membuat orang tua bangga dan bahagia dengan lulus tepat waktu dan lulus
predikat baik.
Betapa banyak nikmat yang kita sandang, nikmat melihat, mendengar
dan masih banyak yang lain. Kaka tahu, dulu ada seorang anak yang lahir dalam
keadaan tunanetra namanya Qasim ibnu Firruh, dan itu tidak menghalanginya untuk
belajar. Dia kelahiran Andalus dan belajar hingga ke mesir, dia tidak hanya
pandai fan bahasa arab akan tetapi juga mahir dalam hadist dan terkenal kepiawaiannya
pada bidang Ilmu Qira’at. Dia mengarang Nazam yang berjumlah seribu lebih. Dari
keadaan tunanetra hingga mulia, Imam Syatibi julukannya... lalu bagaimana
dengan kita? Masih pantaskah kita mengeluh?
Mari maksimalkan nikmat yang t’lah di anugerahkan Allah untuk kita,
nari sukseskan semester akhir semoga Allah menilai kita termasuk hamba yang
husnul khatimah... mari maksimalkan nikmat ini untuk semakin menuntun kita
bahwa rahmat Allah begitu luas, bahwa ilmu Allah begitu Luas...
Semoga Allah memberi kita kekuatan dan kemudahan...
Senin, 02 September 2019
Aku dan Harapan Ibu
Setelah saling bertanya kabar antara negara Jakarta dengan negara Pati. Hehe mulailah perbincangan yang serius tapi santai juga, mulai menanyakan tentang teman dekat dan bagaimana ke depannya, “entah bu, belum terlihat” kataku...
Untuk mengalihkan perhatian ibu, aku bertanya-tanya tentang hal yang sama sekali berbeda dengan hal tersebut, “Bu, Cerita tentang aku kecil dong.hehe’ Apa ya le? Saya pancing, ibu pernah cerita bekerja di pabrik dan jarang mendengarkan adzan atau ibu pernah bekerja kepada orang yang non muslim tapi baik. O ya ya, mendengar adzan itu anugerah yang besar le, sepantasnya orang muslim itu merindukan adzan. “Aku kalau dengar adzan malah gantuk bu, hehe”. Ga boleh seperti itu,- kamu akan merasakan rindu sekali dengan adzan ketika kau berada dalam keadaan sulit mendengarkannya, misal di negara yang muslim minoritas. Ibu juga pernah mengalami dua tahun jarang sekali mendengarkan adzan, satu yang ibu ingat yaitu ketika waktunya berbuka dan di ajak tuan/majikan ke menara kembar di malaysia, dan disitu ibu mendengarkan adzan, terharu intinya,,,
Apa lagi bu? Pertanyaan manja khas anak kecil yang siap mendengarkan dongengan ibunya. “Suatu ketika ibu pernah diajak Mbah.mu nyimak orang khataman di Sekar (nama sebuah desa yang terletak dekat dengan desaku), disitu sambil haru ibu Mbathin, betapa senengnya jika salah satu anak ibu kelak ada yang memiliki fadhal untuk menghafalkan kalam mulya itu, dan alhamdulillah ahmad jawaban dari do’a ibu waktu itu”. Suasana menjadi sedikit hening, “bu, Ngapunten aku belum bisa istiqamah...”
Kesuksesan seorang anak pasti banyak andil dari kedua orang tuanya, So, ga usah sombong. Coba selalu muhasabah diri dan temukan keadaan terbaikmu... ibu, Ahmad minta slalu didoakan ibu, mugi-mugi saget Istiqamah....Semoga ibu, bapak dan adik-adik selalu dalam lindungan Allah.....
Kamis, 18 Juli 2019
“Ayahku Pahlawanku”

Aku, Ahmad anak
pertama dari tiga bersaudara sekarang. Konskuensi anak pertama biasanya lahir
dalam kondisi keluarga yang belum mapan, baik secara finansial maupun yang
selainnya. Sebelum kesana, aku dilahirkan dari keluarga sederhana tidak terlalu
miskin meski tidak juga kaya. Menurut cerita yang aku dapat, aku dilahirkan
dirumah mbah (kakek/nenek) dari jalur ibu. bukan di Rumah sakit (maklum
dulu belum ada kewajiban melahirkan di RS) bukan pula dirumah sendiri. Kelahiran
dirumah mbah untuk anak pertama di daerah Gembong Pati sangatlah wajar, bisa
jadi karena rumah bapak ibuku belum layak atau bisa jadi karena kelahiran anak
pertama bapak/ibu belum berpengalaman sehingga cari cara aman saja yaitu
dirumah Mbah. Itu spekulasi aku kok, tapi kayaknya ada benarnya juga sih..hehe
Aku mendapatkan
nama bagus “Ahmad Munthaha (أحمد منتهى)”
lagi-lagi menurut cerita yang aku dapat. Hehe. Nama itu dari adiknya kakek,
yang berarti kakek saya juga meski tidak secara langsung. Ada cerita menarik yang
meliputi Ahmad kecil, Ahmad dilahirkan kira-kira di akhir bulan Sya’ban antara
tanggal 25/26. Dia dilhirkan bersama pamannya, adik dari ibu.
Di masa-masa
bayi, Ahmad setiap malam menangis terus hingga mencapai hitungan empat puluhan
hari, hehe. Katanya ibu, nemenin tahajjud. Wkwk... karena saking jengkelnya
mbah bercanda agar Ahmad kecil tinggal aja, “nanti juga kalau capek diam
sendiri”. Dengan keadaan mele’an terus setiap malam itu membuat bapak ibu
tidak tidur karena menemani Ahmad kecil bergadang. Hingga ada cerita saking
capeknya bapak ibu hingga luput menjaga Ahmad kecil dan saat bangun ibu kaget
karena Ahmad sudah tidak ada ditengah mereka tidur, setelah beberapa lama
dicari ternyata di culik Mbahnya karena nangis dan bapak ibunya ketiduran. Hehehe
lucu ya?
Sering juga
bapak ibu kesiangan untuk sahur karena selalu menemani Ahmad kecil Nangis
hingga hampir menjelang sahur, dalam posisi capek setelah menemani Ahmad,
mereka tertidur dan sering kali kelupaan untuk sahur. Hehe kasian juga bapak
ya,- puncaknya, karena sudah sangat lama nangis tiap malam, akhirnya Ahmad
harus dibawa untuk mengahadap orang pintar “Wong Pinter”. Dari kunjungan
tersebut bapak disarankan untuk mengganti namanya dari Ahmad Munthaha ke Nur
Rahmat, disitulah saya melihat teguh pendiriannya bapak (tentu memperhatikannya
setelah aku dewasa dong, masak ketika kanak-kanak). Bapak tetap mempertahankan
nama Ahmad Munthaha dan tidak pernah menggantinya hingga saat ini. Thank’s for
my dad n’ my mom.... love you....... to be continue Insya Allahh....
Al-Faatihah
Makna Pernikahan Dalam Al-Qur’an
Secara bahasa Nikah
berasal dari kata na-ka-ha yang berarti indamma (bergabung) jama’a,
wata’un ( Hubungan Kelamin) dan aqdun (perjanjian).[1]
Menurut Quraish Shihab,
Al-Qur’an
menggunakan kata النكاح untuk makna “nikah” dan
“perkawinan”. Di samping secara majazi diartikannya dengan "hubungan
seks". Kata ini dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 23 kali.
Secara bahasa pada mulanya kata nikah digunakan dalam arti "berhimpun".
Al-Qur’an juga menggunakan kata zawwaja dan kata zauwj yang
berarti "pasangan" untuk makna di atas. Ini karena pernikahan
menjadikan seseorang memiliki pasangan. Kata tersebut dalam berbagai bentuk dan
maknanya terulang tidak kurang dari 80 kali.[2]
Dalam
Al-Quran ada dua kata kunci yang menunjukkan konsep pernikahan, yaitu zawwaja
dan kata derivasinya berjumlah lebih kurang dalam 20 ayat dan kata nakaha derivasinya
sebanyak lebih kurang dalam 17 ayat.[3]
.Yang dimaksud dengan nikah dalam konteks pembahasan ini adalah ikatan (aqad) perkawinan.
Perlu pula dikemukakan bahwa Ibnu Jini pernah bertanya kepada Ali mengenai arti
ucapan mereka nakaha al-mar’ah, Dia
menjawab : “orang-orang Arab menggunakan kata nakaha dalam konteks yang
berbeda, sehingga maknanya dapat dipisahkan secara halus, agar tidak
menyebabkan kesimpangsiuran. Kalau mereka mengatakan nakaha fulan fulanah, yang
dimaksud adalah ia menjalin ikatan perkawinan dengan seorang wanita. Akan
tetapi apabila mereka mengatakan nakaha imraatahu, yang mereka maksudkan tidak
lain adalah persetubuhan.[4]
Lebih jauh lagi al-Karkhi berkata bahwa yang dimaksud dengan nikah adalah
ikatan perkawinan, bukan persetubuhan. Dengan demikian bahwa sama sekali tidak
pernah disebutkan dalam Al-Quran kata nikah dengan arti wati’, karena Al-Quran
menggunakan kinayah. Penggunaan kinayah tersebut termasuk gaya bahasa yang
halus.[5]
Sedangkan
menurut KBBI nikah berarti ikatan
(akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran
agama. Dalam KBBI Harmonis bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni;
seia sekata dan keharmonisan berarti keserasian dan keselarasan.
Tujuan Utaman
Pernikahan adalah kumpulnya. itulah sebabnya perintah nikah menggunakan kata
Na-Ka-Ha. Maka menjalani hubungan setelah pernikahan dengan jarak jauh sangat
rentan merenggangkan hubungan. Selain hanya karena permasalahan hubungan badan,
lebih dari itu kecenderungan manusia dewasa adalah hidup berdampingan dengan
lawan jenisnya, dalam hal ini istri.
Disisi lain banyak yang
menggemborkan bahkan memperbolehkan pernikahan sejenis, Pernikahan sejenis ini
tentunya dipatahkan oleh Al-Qur’an kata : Za-Wa-Ja. Za-Wa-Ja artinya
berpasangan dan sejenis tentu bukan berpasangan. Pernikahan sejenis selain ke
Mudharatannya untuk dirinya sendiri, itu juga akan berdampak terhadap
lingkungannya. Rujuklah ke kisah kaum Nabi Luth.
Secara umum Al-Qur’an
hanya menggunakan dua kata ini untuk menggambarkan terjalinnya hubungan suami
istri secara sah. Memang ada juga kata wahabat (yang berarti "memberi")
digunakan oleh Al-Qur’an untuk melukiskan kedatangan seorang wanita kepada Nabi
saw. dan menyerahkan dirinya untuk dijadikan istri. Tetapi agaknya kata ini
hanya berlaku bagi Nabi saw. Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS
Al-Ahzab/33: 50.
Artinya: “Dan
perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada nabi kalau nabi ingin
menikahinya, sebagai kekhususan bagimu”[6]
“Hanya
Khusus bagimu, bukan untuk semua orang mukmin”. Merupakan penegasan bahwa hal tersebut khusus untuk nabi Muhammad
Saw. Bahkan, melakukan akad nikah dengan menggunakan kata “Hibah” pun tidak didenarkan oleh ulama’-ulama’ kecuali ulama
bermadzhab Abu Hanifah, tetapi apabila perempuan menawarkan diri agar dinikahi,
bukanlah hal yang terlarang asalkan Syarat dan Rukun terpenuhi.[7]
[1] Al-Ahsfahani, Mufradat
Fi Gharib Al-Qur’an, (ttp) Juz II, Hal. 653
[2] M. Quraish
Shihab, Wawasan Al- Qur’anTafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Cet.
XII; Bandung: Mizan, 2001), h. 191
[3] Fuad Abdul
Baqi, Mu’jam Mufahras 1987, hal 332 dan
718
[4] al-Fakhr al- Razi.Tanpa Tahun. Al-Tafsir
al-Kabir. Teheran :Dar al-Kutub alIlmiyat.
[5] Muhammad Ali
as-.Sabuni. Rawai’ al Bayan :Tafsir Ayat al-Ahkam min Alquran. Kuwait : Dar
Alquran al-Karim. 1972 Hal 258
[6] Al-Qur’an dan
Terjemah, Mushaf Fami Bisyauqin. Forum Pelayanan Ummat, Cet ke 5, Hal.
424
[7] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati 2009) Volume. 10 Hal. 515
Kamis, 25 April 2019
Keutamaan Nishfu Sya'ban
Keutamaan Bulan Sya’ban dan Malam Nishfu Sya’ban
Tidak terasa tinggal menghitung hari lagi kita akan berjumpa lagi dengan bulan Suci Ramadhan. Bulan Rajab & Sya’ban adalah bulan-bulan untuk kita mempersiapkan diri kita untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya di bulan Ramadhan. Diceritakan bahwa kemuliaan bulan Rajab adalah diawalnya, sedangkan kemuliaan Sya’ban adalah pada malam Nishfu Sya’ban-nya, sedangkan kemuliaan Ramadhan terletak pada malam Laylat al-Qadr-nya.
Kita tahu bahwa dalam bulan Rajab yang telah kita lalui ada peristiwa agung yang bernama Isra’ dan Mi’raj-nya Nabi Agung Muhammad Saw. Pada bulan Sya’ban juga banyak peristiwa agung yang sering kita lupakan diantaranya adalah “Syaqqul Qomar” Pembelahan Bulan yang dijadikan sebagai mukjizat Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Dibulan ini pula turun ayat “Innallaha wa Malaaikatahuu Yusholluna Alan Nabi, Yaa ayyuhal Ladziina Aamanu Sholluu Alaiahi Wasallimuu Tasliiman”. Sehingga bulan ini menjadi bulan untuk kita berlomba-lomba berbanyak shalawat kepada Rasulullah Saw. Peristiwa yang lain yaitu terjadinya peralihan kiblat yang semula menghadap Bayt al-Maqdis menghadap Ka’bah.
Keutamaan Bulan Sya’ban :
Diangkatnya amal kita menuju Allah (Setor)
Nabi ditanya oleh Usamah bin Zaid:
عن أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya pada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, aku tak melihat engkau berpuasa dalam sebulan sebagaimana engkau lakukan di bulan Sya’ban.” Rasulullah menjawab, “Bulan itu (Sya’ban) adalah bulan yang banyak orang lalai darinya, karena berada di antara bulan Rajab dan Ramadan. Pada bulan Sya’ban, amalan diangkat kepada hadirat Allah, maka aku ingin amalanku diangkat selagi aku sedang berpuasa.” (HR. An Nasa’i)
Diantara keutamaan Malam Nishfu Sya’ban :
Dianjurkan menghidupkan malamnya
Selain puasa, menghidupkan malam sya’ban juga sangat dianjurkan khususnya malam nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban). Maksud menghidupkan malam di sini ialah memperbanyak ibadah dan melakukan amalan baik pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki menegaskan bahwa terdapat banyak kemuliaan di malam nisfu Sya’ban; Allah SWT akan mengampuni dosa orang yang minta ampunan pada malam itu, mengasihi orang yang minta kasih, menjawab do’a orang yang meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan membebaskan sekelompok orang dari neraka.
Sunnah berdo’a di malam Nishfu Sya’ban
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
Artinya: “Dikala malam Nishfu Sya’ban maka hidupkanlah malamnya dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya Allah turun ke langit dunia di malam Nishfu Sya’ban lalu berkata: tidakkah ada yang meminta ampun maka aku ampuni, tidakkah ada yang meminta rizki maka akan ku beri rizki kepadanya, tidakkah ada yang terkena cobaan (sakit) maka aku sembuhkan, tidakkah ada yang begini, tidakkah ada yang begini, hingga terbit fajar”. (HR. ad-Daruqutni)
Terampuninya dosa
يطلع الله تبارك و تعالى إلى خلقه ليلة النصف من شعبان ، فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
Artinya: “Allah mengawasi dan memandang hamba-hamba-Nya di malam Nishfu Sya’ban, lalu mengampuni dosa-dosa mereka semuanya kecuali orang musyrik dan orang yang menyimpan kemarahan (dendam)”. (Shahih Ibn Hibban)
ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء
Artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).
Salah satu malam yang mustajab (cepat dikabulakan) untuk berdo’a
Mengenai hal ini imam Syafi;I berkata:
وبلغنا أنه كان يقال : إن الدعاء يستجاب في خمس ليال في ليلة الجمعة ، وليلة الأضحى ، وليلة الفطر ، وأول ليلة من رجب ، وليلة النصف من شعبان
Artinya: “Telah sampai kepadaku keterangan behwasanya : Sesungguhnya do’a mustajab ada pada lima malam yaitu; malam jum’at, dua malam Id, malam pertama bulan rajab, dan malam Nishfu Sya’ban”.
Do’a Nishfu Sya’ban :
اللَهُمَّ يَا ذَا المَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ.
اللَهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللَّهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِي، وَاكْتُبْنِي عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الحَقُّ فِي كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ "يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ" إلهنا بالتجلي الأعظم في ليلة النصف من شعبان المكرم التي يفرق فيها كل أمر حكيم ويبرم إكشف عنا من البلاء ما نعلم وما لا نعلم وما أنت به أعلم إنك انت الأعز الأكرم. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
Khutbah 19/04 "Keutamaan Nishfu Sya'ban"
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullaahhh…..
Tidak terasa tinggal menghitung hari lagi kita akan berjumpa lagi dengan bulan Suci Ramadhan. Bulan Rajab, Sya’ban adalah bulan-bulan untuk kita mempersiapkan diri kita untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya dalam bulan Ramadhan. Diceritakan bahwa kemuliaan bulan Rajab adalah diawalnya, sedangkan kemuliaan Sya’ban adalah pada malam Nishfu Sya’ban-nya, sedangkan kemuliaan Ramadhan terletak pada malam Laylat al-Qadr-nya.
Kita tahu bahwa dalam bulan Rajab yang t’lah kita lalui ada peristiwa agung yang bernama Isra’ dan Mi’raj-nya Nabi Agung Muhammad Saw. Dan juga bulan Sya’ban, banyak peristiwa agung diantaranya adalah “Syaqqul Qomar” Pembelahan Bulan yang dijadikan sebagai mukjizat Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Dibulan ini pula turun ayat “Innallaha wa Malaaikatahuu Yusholluna Alan Nabi, Yaa ayyuhal Ladziina Aamanu Sholluu Alaiahi Wasallimuu Tasliiman”. Sehingga bulan ini menjadi bulan untuk kita berlomba-lomba berbanyak shalawat kepada Rasulullah Saw. Dibulan ini juga, terjadi peralihan khutbah yang semula menghadap Bayt al-Maqdis kembali lagi menghadap Ka’bah,
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullaahhh…..
Selanjutnya di bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an, bulan dimana Allah mengobral banyak pahala untuk Ummat Rasulullah Saw. Namun yang kasihan adalah orang yang terjadi hujan lebat, tapi tanahnya tetap gersang, air banyak dicurahkan, akan tetapi setetespun tidak masuk dalam hatinya, itulah orang yang celaka, orang yang rugi,- karena mereka tidak mempersiapkan diri mereka untuk menengadahi air curahan rahmat tersebut. Oleh karena itu, marilah kita persiapkan diri kita sejak sekarang untuk menyongsong bulan yang suci tersebut.
Dalam bulan ini ada malam yang mulia yang biasa kita sebut malam Nishfu Sya’ban, malam yang dimana umat islam berbondong-bondong ke Masjid, Surau, ataupun mushalla untuk berdoa bersama.
Dikatakan mulia karena apa?
Puasa khusus Sya’ban barangkali tidak sepopuler puasa sunnah lain yang banyak disebutkan dalam ceramah ataupun pengajian. Kendati demikian, puasa bulan Sya’ban sendiri memang dilakukan oleh Nabi.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam al Bukhari disebutkan:
عَنْ أَبِي سَلَمَةَأَنَّ عَائِشَةَ -رضي الله عنها- حَدَّثَتْهُ قَالَتْ: "لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ...
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Salamah, bahwa Aisyah berkata: Nabi tidak berpuasa pada satu bulan lebih banyak selain di bulan Sya’ban. Sesungguhnya Nabi berpuasa pada bulan Sya’ban (seolah-olah) pada seluruh bulan.” (HR. Bukhari)
Meski tidak setiap hari, namun karena saking seringnya Nabi didapati berpuasa di bulan Sya’ban, maka disebutkanlah seolah Nabi berpuasa di bulan Sya’ban setiap hari. Imam al Qasthalani dalam Irsyadus Sari yang merupakah syarah Shahih al Bukhari mencatat alasan Nabi memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
Suatu ketika, Nabi ditanya oleh Usamah bin Zaid:
عن أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya pada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, aku tak melihat engkau berpuasa dalam sebulan sebagaimana engkau lakukan di bulan Sya’ban.” Rasulullah menjawab, “Bulan itu (Sya’ban) adalah bulan yang banyak orang lalai darinya, karena berada di antara bulan Rajab dan Ramadan. Pada bulan Sya’ban, amalan diangkat kepada hadirat Allah, maka aku ingin amalanku diangkat selagi aku sedang berpuasa.” (HR. An Nasa’i)
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimahumullaah….
Selain puasa, menghidupkan malam sya’ban juga sangat dianjurkan khususnya malam nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban). Maksud menghidupkan malam di sini ialah memperbanyak ibadah dan melakukan amalan baik pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki menegaskan bahwa terdapat banyak kemuliaan di malam nisfu Sya’ban; Allah SWT akan mengampuni dosa orang yang minta ampunan pada malam itu, mengasihi orang yang minta kasih, menjawab do’a orang yang meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan membebaskan sekelompok orang dari neraka.
Setidaknya terdapat tiga amalan yang dapat dilakukan pada malam nisfu Sya’ban. Tiga amalan ini disarikan dari kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki.
Pertama, memperbanyak doa. Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء
Artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).
Kedua, membaca dua kalimat syahadat sebanyak-banyaknya. Dua kalimat syahadat termasuk kalimat mulia. Dua kalimat ini sangat baik dibaca kapan pun dan di mana pun terlebih lagi pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi mengatakan,
وينبغي للمسلم أن يغتنم الأوقات المباركة والأزمنة الفاضلة، وخصوصا شهر شعبان وليلة النصف منه، بالاستكثار فيها من الاشتغال بكلمة الشهادة "لا إله إلا الله محمد رسول الله".
Artinya, “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”
Ketiga, memperbanyak istighfar. Tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan salah. Itulah manusia. Kesehariannya bergelimang dosa. Namun kendati manusia berdosa, Allah SWT senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun. Karenaya, meminta ampunan (istighfar) sangat dianjurkan terlebih lagi di malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi menjelaskan,
الاستغفار من أعظم وأولى ما ينبغي على المسلم الحريص أن يشتغل به في الأزمنة الفاضلة التي منها: شعبان وليلة النصف، وهو من أسباب تيسير الرزق، ودلت على فضله نصوص الكتاب، وأحاديث سيد الأحباب صلى الله عليه وسلم، وفيه تكفير للذنوب وتفريج للكروب، وإذهاب للهموم ودفع للغموم
Artinya, “Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan.
Demikianlah tiga amalan utama di malam nisfu Sya’ban menurut Sayyid Muhammad. Semua amalan itu berdampak baik dan memberi keberkahan kepada orang yang mengamalkannya.
Semoga kita termasuk orang yang menghidupkan malam nisfu Sya’ban dengan memperbanyak do’a, membaca dua kalimat syahadat, istighfar, dan kalimat mulia lainnya. Wallahu a’lam
Selasa, 05 Februari 2019
Pencuri Hati
14 Januari 2019
Kau.... sejak kapan kau curi hatiku? Akupun tak tahu, beberapa malam sebelum ini aku selalu gabut, ga jelas, jungkir balik diatas kasur dan tak mampu mengejapkan mata sedikitpun. Kau menggodaku, bayanganmu menghantuiku, hingga aku tak mampu me-ngerem hadirmu dalam benakku. Sengaja aku membatasi diri beberapa waktu lalu karea tak mau tercebur terlalu dalam hingga akhirnya tak mampu untuk berenang dalam samudra perasaan yang telah kau rampas kini.
Singkatnya beberapa waktu kita tak pernah saling sapa seperti biasa meski sekedar berkabar, aku tak ingin memulai dan mungkin kaupun tak mau atau justru engkau lupa, tapi tidak denganku, aku gabut tanpamu, aku tak seimbang tanpa hadirmu, aku tak selaras tiada kamu, aku tak tahu aku hampir-hampir tak bisa tanpamu, tapi aku tetap punya Allah yang selalu ada dalam setiap keadaanku, selalu setia dalam siang malamku, aku berharap Allah selalu menjagamu pula.
Dania, kau hadir tanpa undangan dariku. Kau ada disekitarku tiada konfirmasi terlebih dahulu. Hingga aku kaget, bagaimana bisa hatiku jatuh, hatiku luluh, hanya dengan mendengar cerita tentangnya. Allah karim,, apa ini? Jangan engkau coba aku diluar batasku,,, Allaahhh jerit hatiku....
Dalam irama kegalauan, dalam naungan gabut dan gak jelas itu aku bertekat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya sedang terjadi padamu ka, saya ingat betul waktu itu hari senin, 13/01. Dalam keletihan teriknya matahari, dalam hausnya tenggorokan shiam, aku berniat akan ku ungkap saja rasaku padamu, akan ku tuang hingga tak ada lagi yang terpendam, jika kau membalas akan aku tumbuh kembangkan rasa itu dengan baik andai pun tidak, setidaknya aku tlah lega menumpahkan rasa yag terpendam.
Tapi apa yang terjadi??? Sekitar dua jam menjelang ashar, kau mengomen status aku yang membuat aku bahagia kegirangan, “apa ini artinya” kata hatiku, tapi itu mungkin biasa-biasa saja bagimu.... aku akan menjaga rasa ini dan menuntunnya ke dalam semangat berkarya..... ku harap suatu saat kau tahu.... entah bagaimana kelak, biarlah waktu yang mengisahkan sejarah kita...
Selamat Sore.... hehe Al-Fatihah....
Kau.... sejak kapan kau curi hatiku? Akupun tak tahu, beberapa malam sebelum ini aku selalu gabut, ga jelas, jungkir balik diatas kasur dan tak mampu mengejapkan mata sedikitpun. Kau menggodaku, bayanganmu menghantuiku, hingga aku tak mampu me-ngerem hadirmu dalam benakku. Sengaja aku membatasi diri beberapa waktu lalu karea tak mau tercebur terlalu dalam hingga akhirnya tak mampu untuk berenang dalam samudra perasaan yang telah kau rampas kini.
Singkatnya beberapa waktu kita tak pernah saling sapa seperti biasa meski sekedar berkabar, aku tak ingin memulai dan mungkin kaupun tak mau atau justru engkau lupa, tapi tidak denganku, aku gabut tanpamu, aku tak seimbang tanpa hadirmu, aku tak selaras tiada kamu, aku tak tahu aku hampir-hampir tak bisa tanpamu, tapi aku tetap punya Allah yang selalu ada dalam setiap keadaanku, selalu setia dalam siang malamku, aku berharap Allah selalu menjagamu pula.
Dania, kau hadir tanpa undangan dariku. Kau ada disekitarku tiada konfirmasi terlebih dahulu. Hingga aku kaget, bagaimana bisa hatiku jatuh, hatiku luluh, hanya dengan mendengar cerita tentangnya. Allah karim,, apa ini? Jangan engkau coba aku diluar batasku,,, Allaahhh jerit hatiku....
Dalam irama kegalauan, dalam naungan gabut dan gak jelas itu aku bertekat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya sedang terjadi padamu ka, saya ingat betul waktu itu hari senin, 13/01. Dalam keletihan teriknya matahari, dalam hausnya tenggorokan shiam, aku berniat akan ku ungkap saja rasaku padamu, akan ku tuang hingga tak ada lagi yang terpendam, jika kau membalas akan aku tumbuh kembangkan rasa itu dengan baik andai pun tidak, setidaknya aku tlah lega menumpahkan rasa yag terpendam.
Tapi apa yang terjadi??? Sekitar dua jam menjelang ashar, kau mengomen status aku yang membuat aku bahagia kegirangan, “apa ini artinya” kata hatiku, tapi itu mungkin biasa-biasa saja bagimu.... aku akan menjaga rasa ini dan menuntunnya ke dalam semangat berkarya..... ku harap suatu saat kau tahu.... entah bagaimana kelak, biarlah waktu yang mengisahkan sejarah kita...
Selamat Sore.... hehe Al-Fatihah....
Langganan:
Postingan (Atom)