Selasa, 15 Mei 2018

Do'a Tarawih dan Witir



Do’a Tarawih

اَللهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ. وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ. وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ. وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ. وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ الَّلغْوِ مُعْرِضِيْنَ. وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ. وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ. وَبَالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ. وَتَحْتَ لِوَاءِ سيّدنا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ. وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ. وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ. وَعَلى سَرِيْرِالْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ. وَمِنْ حُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ. وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ. وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ. بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْن. مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا. ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِالشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ. وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِه أَجْمَعِيْنَ. بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Do’a Witir
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ : (ثلاث مرّات)
سبّوح قدّوس ربّـــــــنا وربّ الملئكة والرّوح : (ثلاث مرّات)
سبحان الله والحمد لله ولااله الاّ الله والله أكبر ولا حول ولا قوّة إلّا بالله العليّ العظيم

أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْاَلُكَ إِيْمَانًا دَاِئمًا وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا وَنَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَا فِيَةَ وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ أَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَا مَنَا وَقِيَا مَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا
يَا أَللهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
أشهد أن لا إله إلّا الله. أستغفر الله. نسئلك رضاك والجنّة ونعوذ بك من سخطك والنّار. (ثلاث مرّات)
اللهم إنّك عفوّ كريم تحبّ العفو فاعف عنّا : (ثلاث مرّات) . يا كريم

Niat Puasa


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى

Senin, 14 Mei 2018

Hirzul Jausyan dan IIQ Jakarta


Postingan ini merupakan hasil tugas wawancara untuk mata kuliah "Tasawwuf". kami di tugaskan untuk wawancara tokoh mengenai perkembangan Majlis Dzikir dan tetek bengeknya tentang dunia ketasawwufan. 
sebenarnya saya juga tidak tahu harus mewawancara siapa dan juga tidak kenal dengan Ustadz Rosyid ini, tetapi saya haturkan terima kasih yang tiada terkira untuk sahabat kami "Itsam Samrotul Fuadah" yang bersedia mewakili lisan kami untuk berdialog dengan beliau.
meski kami sadar daya kritis dalam wawancara kita beda, tidak mengapa karena engkau telah mewakilkan Lisan kami. kami juga meminta maaf jika dalam penuangan kontens wawancara masih banyak kekangan disana sini. kami bersedia menerima kritik dan sarannya. sampaikan salam kami teruntuk Ustadz Rosyid, maaf jika dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. dan juga terima kasih untuk Ustadz Abdul Rosyid atas waktu dan kesediaannya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. teruntuk kang mas zuhri juga kami haturkan banyak Matur nuwun telah berbagi ide dan lain sebgainya....


Ahmad Munthaha_IPTIQ_Ushuluddin_IV-A

Diskripsi Narasumber
Nama : Abdul Rosyid
Nama Pena : Abdur Rosyid Masykur/Abdul Rosyid Masykur
Tpat Tgl. Lhr. : Lumajang, 20 September 1979
E-mail : arosyidm@gmail.com;
Telp. : 0815-14360-121
Istri : Ruaedah
Anak : 1. Nayahita Rosyidah (Naya)
  2. Abhinawa Rosyidah (Nawa)
3. Alifa Rasyida Nurania (Rara)

Riwayat Pendidikan
Formal: 
SD Taquma (Surabaya) (1987-1992)
MTs. Salafiyah Syafi‘iyah (Sampang Madura) (1994-1997)
MA. HM. Tribakti Lirboyo (Kediri) (1999-2002)
Universitas Islam Negeri Jakarta (Jurusan Tarjamah, Fak. Adab dan Humaniora)
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta (Konsentrasi Ulumul Qur’an)
Informal: 
Pondok Pesantren Darut Tauhid, Injelan Sampang Madura (1992-1998)
Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri (1999-2002)
Pesantren Fathul Ulum, Kewagean, Pare Kediri; PP Al-Khozini, Buduranm Sidoarjo; PP. Al-Hamdaniyah, Panji, Sidoarjo; PP. Darus-Salam, Tegalrejo, Tanggulangin, Pasuruan.
Pengalaman Organisasi
Ketua OSIS MA. HM. Tribakti
Waka BEMJ Tarjamah UIN Jakarta
Ketua Pengurus Pusat Forum Mahasiswa Alumni Lirboyo (PP. FORMAL)
Sekretaris 3 Pimpinan Pusat Jam‘iyyatul Qurra wal-Huffazh Nahdlatul Ulama 
Pengalaman Pekerjaan/Profesi
Editor di Penerbit Almahira (2007-2010)
Dosen UIN Jakarta
Dosen IIQ Jakarta
Dosen UNPAM
Pengajar di Pesantren Takhassus IIQ Jakarta 
Ketua Pusat Penerjemahan dan Penerbitan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta (2014-2015)
Ketua Lembaga Bahasa IIQ Jakarta
Direktur IIQ Press



Sejarah Perkembangan Hirzul Jausyan di Institut Ilmu al-Qur’an Jakarta

Adanya Hirzul Jausyan di IIQ Jakarta ini di inisiasi oleh bapak Hasan yang mendapatkan ijazah ini dari Lirboyo. Ijazah Hirzul Jausyan ini memang sering di ijazahkan pada santri-santri yang tamatan di Lirboyo, baik tamat tsanawiyyah maupun aliyyah. Kiyai Mahrus Ali memperoleh Ijazah tersebut dari Kiyai Musthofa Lasem dari gurunya dari gurunya hingga rasulullah.

Hizib ini pada mulanya di baca pribadi-pribadi oleh para pengamalnya. Seiring perkembangan zaman maka Hizib tersebut dibaca secara Komunal. Yang dalam Konteks Jakarta yang memulai adalah Abuya KH Muhammad Juned HMS -yang pada akhirnya dikenal Syaikh Juned- dengan para jama’ahnya yang menamakan diri “Laskar Jausyan”.

Beliau (Bapak Hasan) melihat bahwa IIQ Jakarta ini telah di penuhi dengan aroma ke-Qur’anan. sehingga beliau tergerak untuk meminta Jama’ah Syaikh Juned untuk bersama mengamalkan Hirzul Jausyan tersebut di IIQ Jakarta. Hal ini juga sebagai selingan kegiatan pesantren, yang di isi dengan Selingan yang bagus, yaitu Do’a dan Shalawat.

Syaikh Juned tidak serta merta langsung menerima permintaan tersebut, tetapi beliau Istikharah terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk mengadakan majlis di IIQ tersebut.

Hizib ini di amalkan oleh komunitas Sunny dan Syi’ah, lebih-lebih kalangan Shufinya. Bahkan di amalkan juga oleh Sa’id Nursi turki. Memang ada perbedaan sedikit antara redaksi Hizib ini, namun pada intinya itu adalah isi dari Hirzul Jausyan itu sendiri. Bedanya Sa’id Nursi mengganti “al-Ghouts – al-Ghouts dengan al-Aman – al-Aman” sedang dalam tradisi syiah “al-Ghouts – al-Ghouts” dua kali, sedang dalam tradisi Sunny dibaca tiga kali.

Memang sanad Hizib ini jika dilihat dari sudut pandang Ilmu Hadist, sanad tersebut tidak bisa di pertanggung jawabkan. Tetapi tradisi sanad dalam tasawwuf tidak seketat dalam disiplin ilmu hadist. Bahkan ada cerita Imam Ghazali mengkonfirmasi langsung hadist-hadistnya dalam ihya kepada Nabi.

Pernah suatu ketika Prof. Dr. Ali Musthofa Ya’qub, MA di berikan Hizib ini oleh santrinya dari kediri. Beliau berkomentar bahwa ini dari segi sanad memang bermasalah, tetapi secara isi bagus.

“Saya merasakan berbeda dengan adanya Hirzul Jausyan dan tidaknya di IIQ ini” komentar pak hasan ketika di tanya apa yang di dapatkan dari mengamalkan Hizib ini. Beliau juga menjelaskan bahwa isi dari hirzul jausyan adalah Do’a. Sebagai suatu contoh “Ya Kaasyifal Muskilat” bahwa masalah-masalah kita akan di urai oleh Allah Swt. Seolah-olah masalah kita akan terurai dengan sendirinya.

Dan beliau mengatakan “akan merasa tenang” karena ketenangan setiap orang akan beda-beda. Beliau mengatakan Do’a Hirzul Jausyan ini bukan Hanya untuk IIQ tetapi juga untuk Indonesia. “Kata Beliau”. Beliau juga mengutarakan bahwa saat ini keadaan indonesia sedang berada dalam posisi yang tidak menentu, semuanya serba subhat dan tidak jelas. Oleh karena itu kita harus banyak berdo’a meminta pertolongan Allah Swt.

Beliau mencontohkan bahwa sekarang banyak orang baik yang terlihat buruk karena di Freming oleh Media dan begitu juga sebaliknya. Maka kita harus banyak berdo’a. Beliau juga mengatakan bahwa ini adalah “Do’a IIQ Untuk Bangsa”.

Sedangkan orang yang mengikuti kegiatan ini untuk Dunia dan lain sebagainya itu gambaran orang yang tertutup mata hatinya. Dan efeknya akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebagaimana di katakan oleh Ibn Atho’illah as-Sakandari “Orang yang mengejar sesuatu yang sudah dijamin oleh Allah (Harta), sedangkan ia abai terhadap sesuatu yang di tuntut oleh Allah (Ibadah), maka dia sedang tertutup hatinya”.

Masalah-masalah dalam tasawwuf masih sangat relefan dalam konteks saat ini, karena Zuhud, Tawakkal, Sabar, Ikhlas adalah Konsep Hati. Bukan hal yang kasab mata. Bahkan Syaikh Hasan as-Syadzalli adalah Gambaran Tokoh Shufi yang kaya raya. Bahkan para shufi yang kaya tidak memperdulikan hartanya.

Justru dengan tasawwuf maka manusia akan semakin beradab, tasawwuf adalah intisari dari Akhlak. Maka dengan bertasawwuf orang akan semakin berahklah. Maka Tasawwuf dapat menjawab tantangan zaman. Bahkan beliau berpendapat bahwa “justru saat ini manusia wajib bertasawuf”.


Senin, 07 Mei 2018

Pemikiran Kontempore Dalam Islam


Tugas Pemikiran Kontemporer Dalam Islam

Wawancara ini kami lakukan di hari jum’at 04-mei-2018 seusai shalat jum’at di pesantren Bayt Al-Qur’an Pondok Cabe, Kebetulan Prof. Hamdani ada jadwal mengisi teman-teman PPL dari IAIN Surakarta dan alhamdulillah kami bisa di pertemukan dengan beliau sebelum beliau mengajar. Wawancara ini dilakukan untuk memenuhi tugas UAS di PTIQ prof, kata kami dan beliau menjawab pelajaran apa? Pemikiran Kontemporer Dalam Islam. Oke silahkan.
 Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA merupakan guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Beliau menekuni kajian tafsir Al-Quran dan hadis sejak muda di Institut Agama Islam Negeri Jakarta (sekarang UIN), dari tingkat sarjana hingga doktoral. Penguasaannya dalam pengetahuan agama sudah tak diragukan lagi, dan bidang kepakarannya adalah ilmu-ilmu Al-Quran (Ulum al-Qr’an). Hal ini membuatnya diamanahi untuk mengajar di UIN Jakarta dan Perguruan Tinggi Al-Quran (PTIQ), juga sejumlah perguruan tinggi lainnya di Jakarta. Selain itu, beliau juga berdakwah di berbagai tempat dan lokasi, mulai dari lembaga pemerintahan, swasta, maupun masyarakat umum.
Sesungguhnya pemikiran kontemporer sudah lahir sejak masa yang sangat lama, dilatar belakangi masalah theologi ketika sebagian menyepakati untuk musyawarah dan yang lainnya tidak mau jika tidak menggunakan hukum Allah. Dari ini maka akan muncul Aliran-Aliran dalam islam, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah dan lain sebagainya.
Sedangkan latar belakang dari lahirnya tokoh pemikir kontemporer islam itu di karenakan karena para tokoh tersebut belajar dari masa lalu yang di sesuaikan untuk konteks saat ini. Dan juga memang sudah fitrah manusia dari perolehan ilmunya pasti akan muncul ide-ide baru. Jika keilmuan tersebut berkaitan dengan agama islam maka akan muncul Pemikiran Kontemporer Dalam Islam. Pemikiran ini bisa berkaitan dengan Akidah, Ibadah, Ahklak, Filsafat, Tasawwuf, Ilmu Kalam dan lain sebagainya.
Adapun tipologi masa lalu pemikiran islam ini terbagai menjadi dua garis besar yaitu Jabariyyah dan Qodariyyah. Yang pada perkembangannya Jabariyyah muncul pada Aliran Asy’ariyyah sedangkan Qodariyyah tercover pada aliran Mu’tazilah. Dalam konteks masa kini, justru para tokoh lebih condong pada keyakinan bahwa manusia mempunyai peran dalam memilih jalan hidupnya yang disebut dalam istilah “Mu’tazilah Modern”.
Sumber Inspirasi pemikir-pemikir Islam di indonesia disebutkan oleh Ustadz Hamdani itu berawal dari pemikiran Harun Nasution. Yang dilatar belakangi perolehan pendidikannya dari Fakultas Ushuluddin (Pemikiran Islam) Universitas Al Azhar Kairo (1940-1952) dan juga dari Jurusan Studi Sosial, Universitas McGill, Montreal, Kanada (1962-1968).
Perkembangan dan persebaraan pemikir islam di indonesia ini pada awalnya mayoritas Dosen IAIN yang melanjutkan studi pascanya yang waktu itu -tahun 70-80.an- hanya ada di IAIN Jakarta dan IAIN Yogyakarta. Yang disitu mereka di ajar oleh Harun Nasution. Dari sinilah pemikiran harun berkembang di indonesia sehinga mayoritas umat islam yang terdidik menganut faham yang di usung oleh Prof. Harun tadi “Mu’tazilah Modern”. Dilain fihak, umat islam yang golongan pesantren tetap menganut ajaran Kalam Asy’ariyyah.
Dengan ajaran yang dianut dari Harun tersebut, sangat menganjurkan menuntut ilmu, baik ilmu pengetahun umum maupun agama. Yang pada perkembangannya banyak yang belajar dari Timur Tengah dan Juga dari Barat. Beliau “Ustadz Hamdani” menyarankan bahwa baiknya dosen dalam sebuah Universitas ada lulusan keduanya yaitu Timur Tengah dan Barat.
Semakin banyak mahasiswa yang mengusung pemikiran-pemikiran ini maka akan muncul ide-ide baru dan akan memperluas khazanah keilmuan islam. Sehingga akan semakin memperluas wawasan umat islam dengan temuan mereka, seperti Tafsir Maqosidi dan lain sebagainya.