Rabu, 16 Oktober 2019

Catatan Sowan Yai Syarif Rahmat,



Hasil gambar untuk kh raden syarif rahmat
Catatan Sowan Yai Syarif Rahmat,
Berawal dari niat mengundang beliau untuk mengisi Peringatan Maulid di Masjid kami, kami berkesempatan sowan ke Ndalem beliau meskipun jadwal beliau sudah padat dan tak bisa mampir di masjid kami, tapi tak apa alhamdulillah mendapat beberapa pelajaran.

Mulai tentang tafsir Isyari hingga memperbincangkan keadaan negara, kami akan menuliskan yang kami anggap pantas untuk dibagi saja. Beliau bercerita bahwa beliau sedang menulis semacam catatan tafsir yang mengarah pada Isyari, yang kadang tiba-tiba datang saat beliau entah dimana.

Salah satunya beliau menceritakan tentang ayat 27 Al-Qasas :
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَىٰ أَن تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ ۖ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ ۖ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ ۚ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ

Beliau menceritakan bahwa “إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ” mengisyaratkan adanya wali dalam pernikahan, wali tersebut yang menikahkan dengan kata “aku ingin menikahkanmu”. Beliau bercerita mendapatkan isyarat tersebut ketika ditanya imam besar Istiqlal tentang keresahannya marak nikah tanpa wali.

Adapun kata “أَن تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ” menggambarkan adanya mahar dalam pernikahan dan kalimat setelahnya mengisyaratkan kebaikan calon pengantin untuk mengusahakan mahar terbaik “فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ”.

وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ” mengandung isyarat bahwa calon mertua tidak diperbolehkan atau tidak dianjurkan untuk menuntut kepada calon menantu. Tetapi dalam kalimat sebelumya dianjurkan calon pengantin untuk mengusahakan mahar terbaik yang bisa dia usahakan.  Dalam catatan lain “Calon pengantin hendaknya mengusahakan mahara terbaik untuk istrinya, tetapi calon mertua seharusnya tidak menuntut sesuatu yang dapat memberatkan calon pengantin pria.”

Obrolan kita tetap berlanjut hingga kemana-mana, diantaranya beliau menjawab pertanyaan salah satu diantara kita bertiga. Cara memahamkan orang awam yang terjangkit faham radikal itu justru tidak mudah, karena keawaman mereka yang mereka jadikan standar, bahwa dia (yang dia anggap ulama’) yang sering muncul di TV maka itu yang dia jadikan standar.

Massivnya kelompok sebelah yang berfaham beda dengana kita disebabkan salah satunya karena diamnya orang yang mumpuni, dalam bahasa Gus Baha’ kita harus lebih massiv dari mereka jika pemikiran atau keyakinan kebenaran kita ingin di dengar orang lain, dalam era sekarang ya medsos itu, konten kita (moderat) harus lebih banyak tersebar dari yang selainnya.

Selanjutnya beliau bercerita tentan keadaan orang yang teraniaya bahwa “Ketika orang-orang yang benar tidak mampu berbicara (melawan), maka sebenarnya Allah sendiri yang akan turun tangan”.
Tukang sihir saat ini semakin meluas maknanya, bukan hanya pengertian tukang sihir pada masa lampau tetapi saat ini bisa di artikan tukang editing video, tukang manipulasi data dan lain sebagainya.

Dan kita doakan semoga beliau selalu diberikan kesehatan sehingga bisa membimbing kita selalu... Alfaatihah...

AM