Senin, 25 November 2019
Berlarilah Ke Taat
Beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang Taat, menggunakan redaksi yang dalam padanan bahasa Indonesia diantaranya (Cepat, lari, segeralah) dan yang senada dengan itu. Ada ayat (ففرّوا إلى الله -- وسارعوا) dan lain sebagainya.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dalam hal kebaikan kita harus punya Ghirah / semangat untuk menuju sesuatu atau keadaan yang mendekatkan kita kepada Ridha Allah SWT.
Satu Contoh; ketika mendengar adzan, seyogyanya langkah kaki kita harus lebih semangat daripada biasanya. Karena bermalas-malasan mendirikan shalat merupakan salah satu ciri-ciri munafik, bahkan hal tersebut ter-warid dalam Al-Qur'an. (وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ)
Oleh karenanya, marilah kita bersemangat dalam menjalani apapun yang mendekatkan kita kepada Ridha-Nya.
Semoga Allah senantiasa menjaga keutuhan Niat baik (ikhlas) kita...
Amiin ya Rabb...
AM
26 November 2019
Minggu, 24 November 2019
Diskusi Bareng Gus Baha’
كلّكم راع وكلّم مسئول عن رعيته
Sebagaimana
hadist Nabi di atas, kita ketahui bahwa setiap kita adalah pemimpin. Oleh sebab
itu kita harus memaksimalkan tugas kita msaing-masing. Tidak boleh
mendelegasikan tugas kita kepada orang lain berlebihan; sebagai petani maka harus
melakukan tugasnya, menanam padi dan lain sebagainya. Sebagai guru harus
mengajar dengan baik dan profesional. Sebagai kiyai harus mengawal santrinya
untuk menjadi pribadi yang unggul. Dan seterusnya.
Jika
petani menggantungkan ketanganan pangan kepada Menteri Pertanian tanpa menanam
padi, tidak akan mungkin terjadi apa yang di inginkan. Jika masyarakat luas mengandalkan
keamanan kepada menteri Keamanan tetapi tetap saja bertengkar antar suku, antar
daerah pasti juga tidak akan tercapai apa yang di citakan. Dan banyak contoh
lainnya.
Maka
dari itu, setiap dari kita harus berperan dalam hal yang kita terlibat di
dalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung atau dalam kata lain,
saling melengkapi dan saling berperan di bidangnya masing-masing. Insyaallah akan
terwujud apa yang di harapkan. Bahkan dalam hadist tersebut di jelaskan lengkap
bahwa suami adalah pemimpin bagi keluarga. Istri adalah pemimpin bagi harta dan
anak-anak suaminya dan seterusnya.
AM
24 November 2019
Kamis, 21 November 2019
Munasabah
Munasabah
Ayat per Ayat Q.S Al-Waqi’ah 57-62
نَحْنُ خَلَقْنَاكُمْ فَلَوْلا تُصَدِّقُونَ (57) أَفَرَأَيْتُمْ مَا تُمْنُونَ (58) أَأَنْتُمْ تَخْلُقُونَهُ أَمْ نَحْنُ الْخَالِقُونَ (59) نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ (60) عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ أَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِي مَا لَا تَعْلَمُونَ (61) وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْأَةَ الأولَى فَلَوْلا تَذَكَّرُونَ (62)
Artinya : Kami telah
menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan? Maka terangkanlah
kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau
Kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan
Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan. Untuk menggantikan kamu dengan
orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di
akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan Sesungguhnya kamu telah
mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil
pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?
Dalam
rangkaian ayat tersebut, Allah menerangkan kuasa-Nya bahwa Allah sendirilah
yang menciptakan manusia, bahkan tidak hanya menciptakan saja tetapi juga menentukan
batasnya (takdirnya).
Selanjutnya
kami akan mencoba menjelaskan tentang munasabah antar ayat dalam rangkaian ayat
tersebut, untuk memudahkan kita dalam menghafal Al-Qur’an dan juga dalam
memahami penafsirannya.
Pertama, Allah meggunakan kata (خلقناكم) Kami yang telah menciptakan kalian (kata Allah) baik
kita percaya ataupun tidak, Allah telah menjelaskan bahwa Allah sendiri yang
menciptakan kalian semua, lalu muncul dalam benak kita “di ciptakan
dari/dengan apa?” jawaban tersebut akan kita dapatkan dalam ayat
selanjutnya yaitu kata (تمنون) nutfah yang kamu pancarkan. Iya, kita di ciptakan dari
Nuthfah, yaitu mengisyaratkan kepada kita bahwa kita pada mulanya adalah
sesuatu yang tidak berharga (Nuthfah) dan pada akhirya juga sesuatu yang tidak
bernilai pula (bangkai). Di ayat berikutnya Al-Qur’an menggunakan redaksi
pertanyaan, apakah kalian sendiri atau Kami yang menciptakannya. Kita bertemu
ayat (الخالقون) yaitu siapa yang
menciptakan Nuthfah tersebut? Jawabannya adalah Allah. Setelah kita tahu bahwa
kita tidak bisa ada dengan sendirinya, setelah tahu kita di ciptakan dari
sesuatu yng tidak berharga, setelah kita tahu pula bahwa sesuatu yang berharga
tadi pun kita tidak mampu membuat dengan sendirinya. Apakah masih tetap akan
sombong?
Allah tidak hanya menciptakan kita, tetapi juga menentukan Takdir
kita semuanya tersurat dalam Lauh al-Mahfuz, pemaknaan tersebut kita
temukan dalam ayat berikutnya (قدّرنا) Kami telah menentukan.
Yaitu Allah telah menetukan seberapa lama kita akan hidup dan kapan kita akan
di wafatkan.
Setelah di wafatkan, lalu apa lagi? apakah Allah tidak akan kesepian?
Jawabannya tentu saja Tidak, karena Allah sangat mampu untuk mengganti/membuat yang
serupa dengan kita (نبدّل أمثالكم) menggantikan kamu dengan yang semisal kamu. Setelah Allah
menjelaskan perjalanan kita tadi, lalu bagaimanakah sikap kita? Atau apa yang
bisa kita ambil ibrah-nya atau hanya sebagai pengetahuan saja? Ternyata di
jelaskan dalam rangkaian ayat terakhirnya (فلولا
تذكّرون) mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Ayat ini berkaitan dengan hari kiamat yaitu hari dimana manusia
yang sudah mati berjuta-juta tahun akan dibangkitkan kembali untuk
mempertanggung jawabkan amalannya selama hidup di dunia. Rangkaian ayat ini
menjelaskan atau menyetir logika, bahwa kita sendiri pun di ciptakan dari
ketiadaan, dan seperti itu pun Allah kuasa, apalagi mengembalikan sesuatu yang
pernah ada (membangkitkan manusia yang sudah mati) tentu pasti lebih mudah.
Rangkaiannya yaitu kata (خلقناكم) Kami yang telah menciptakan kalian dari (تمنون) nutfah yang kamu pancarkan, selanjutnya (الخالقون) yaitu siapa yang menciptakan Nuthfah tersebut? Jawabannya
adalah pasti Allah. Apakah hanya di ciptakan saja lalu di biarkan? Ternyata
tidak, Allah pula yang mentakdirkan kehidupannya (قدّرنا) Kami telah menentukan. Setelah kalian mati lalu apa yang
terjadi? (نبدّل
أمثالكم) menggantikan kamu dengan yang semisal
kamu. Yaitu Allah menggantikan kamu dengan manusia yang lain. Lalu apa tujuan
dari itu semua? Yaitu supaya kita dapat mengambil pelajaran (تذكّرون).
Wallahu A’lam....
Langganan:
Postingan (Atom)