Senin, 26 Maret 2018

Resume Kajian


Resume Kajian “Tafsir Sya’rawi” Oleh KH. Dr. Ahmad Husnul Hakim, MA
Sabtu, 24-03-2018

Lama sekali rasanya tidak pernah berkunjung lagi ke blogku.hehe mulai dari beberapa resume yang nganggur hanya sebagai kuot-kuot catatan kecil yang belum disempurnakan, hutang janji-janji untuk memperbaiki maupun melengkapi konten yang sudah di upload dan lain sebagainya. Kini saya mencoba move on kembali, karena kalau bukan kita yang menjadi penyebab move on lalu siapa lagi...hehe

Seperti biasa setiap sabtu pagi –kecuali sabtu ketiga setiap bulan- kami ada rutinitas mengaji tafsir sya’rawi yang akan saya coba resume inti kajian tersebut, berharap ada yang melirik apalagi jika mau berbagi...hehe

Kita memulai dengan “إيّاك نعبد” “Hanyalah kepadamu kami menyembah”. Kalau penafsiran yang pernah disampaikan prof. Nasar di Ma’had dulu, mengapa menggunakan Dhomir jama’? (نعبد) dikarenakan saat ibadah kita tidak sendiri, yaitu dengan seluruh anggota badan, mulai dari mata, hati dan otak harus menyatu semua saat beribadah. Tidak boleh ada yang mengingkari, lahirnya beribadah tetapi pikirannya kemana-mana dan lain-lain. Red...

Di ciptakaannya kita ini adalah untuk beribadah kepada-Nya, sesuai dengan firman Allah “وما خلقت الجنّ والإنس إلّا ليعبدون” dan kami tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Tetapi kita tidak boleh ke-Pede-an dengan ibadah kita, ibadah kita tidak menambah kemulyaan bagi Allah dan begitu juga kekufuran kita tidak menuranginya. Sebagaimana QS. Ibrahim 8 “Dan Musa berkata: jika kamu kufur; kamu dan siapapun yang ada di bumi semuanya, maka (ketahuilah bahwa itu tidak merugikan Allah. sedikitpun), karena sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya, lagi Maha Terpuji.

Ibadah kita kembali kepada kita, baik saat di dunia lebih-lebih di akhirat. Lalu ibadah sendiri itu apa? Apakah hanya shalat, dzikir, puasa saja? Ibadah ituadalah manhaj, jalan hidup kita. Apapun yang kita lakukan bisa di niatkan untuk ibadah. Meskipun dalam al-Qur’an terdapat perintah-perintahmengabdi tetapi Manusia diciptakan dalam keadaan Mukhtar “Memilih” tidak Maqhur “dipaksa” padahal mudah saja bagi Allah untuk menjadikan Manusia itu Makhluk yang Maqhur –Jika Allah berkehendak- tetapi ternyata tidak, manusia tetap di jadikan Makhluk yang Mukhtar, dan di sinilah Kemuliayaan yang luar biasa jika manusia mampu beribadah dengan baik.

Memang dalam diri kita ada hal-hal yang Maqhur, -sadar maupun tidak sadar-, contoh: detak Jantung, Aliran darah, kedipan mata dan lain sebagainya. Tetapi dalam hal badaha adalah pilihan diana kita bisa memilih untuk tidak, itulah yang di perintahkan. Ada juga hal-hal yang kita tidak bisa ikt campur didalamnya, misalnya: saat kita sudah berhat-hati dan ternyata jatuh juga dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.

Mengapa Manusia diciptakan dalam keadaan Mukhtar? Salah satu alasannya adalah supaya Manusia dalam beribadah dalam keadaan cinta, bukan karena terpaksa.
Kemudian beliau memaparkan tingkatan-tingkatan Ikhlas dalam beribadah yang secara singkatnya demikian; Pertama, beribadah karena mengharap surga. ini masih dinilai Ikhlas dan diperbolehkan, yang tidak diperbolehkan itu mengharap surga tetapi juga mengaharap pujian di dunia. Kedua, beribadah karena takut siksa neraka. Dan yang terakhir beribdaha hanya karena Allah Swt.

Lalu beliau –Abah Husnul- juga menmberitahu kita bahwa lebih mudah melakukan hal untuk mencapai ridho Allah daripada Ridho terhadap ketentuan Allah terhadap kita. Karena kita tahu bahwa bisa jadi yang pahit kita rasakan justru itulah ketetapan Allah yang seharusnya kita itu ridho meski kelihatannya pahit.

Akhir kata beliau juga menggiring opini kita agar selalu dalam keadaan bersyukur kepada Allah Swt. Contoh; saat kita kehilangan sandal yang kita mempunyai selainnya yang lebih baru, kita tetap berfikir Alhamdulillah kok yang hilang bukan yang baru. Jikapun terpaksa yang baru hilang, kita juga mampu menggiring opini kita untk bersyukur, Alhamdulillah meski hilang tapi aku pernah merasakannya. Dan lain sebagainya yang jika kita kembangkan sangat banyak sekali,

Akhirnya, yang benar hanya dari Allah Swt dan ketika ditemukan kesalahan itu datangnya dari penulis sendiri. Mohon maaf yang banyak.hehe semoga kedepan bisa lebih istiqomah lagi menulisnya.... AMIIN....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar