Kamis, 22 Februari 2018

menyikapi masa lalu

Belajar Ke Masa Lalu

As-Syaikh abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali atau lebih dikenal dengan Imam Ghazal pernah mengajukan beberapa pertanyaan terhadap muridnya. Salah satunya adalah “apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?” para murid kemudian menjawab, ada yang mengatakan matahari, bulan, bintang gemintang. Sang Imam menjawab; “semua jawaban itu benar, tetapi jawaban yang paling benar adalah Masa Lalu”.

Bagaimanapun kita, sehebat apapun kendaraan kita, sudah barang tentu tidak akan bisa mengakses masa lalu kita. Oleh sebab itu kita di tuntut untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap saat dengan belajar terhadap masa lalu. Kita tahu bahwa waktu yang terlewat oleh kita, walau hanya hitungan detik apalagi menit adalah masa lalu.

Ada ungkapan menarik tentang waktu bahwa “الوقت كا السيف إن لم تقطعه قطعك”  bahwa “waktu di ibaratkan pedang, siapa yang tidak bisa menggunakan pedang sebaik-baiknya akan terlukai oleh pedang tersebut.” Begitupun waktu, siapa yang terlena oleh waktu dia akan menyesal dibuatnya. 
 

Lalu bagaimana kita menyingkapi masa lalu? Kita dapat menghadirkan masa lalu kapanpun kita mau. Yang sering kita sebut kenangan. Baik dan buruknya kenangan kita, kita dapat mengundangnya kembali setiap saat. Bila dertemu dengan kenangan buruk, kita akan merasa sedih dan terpuruk. Jika kenangan manis yang kita temukan, akan merasa bahagia.

Kita tidak boleh lama-lama terpuruk dalam kubangan masa lalu yang kelam, karena hal tersebut hanya akan mengahabiskan waktu. Kita boleh mengundang kenangan itu, bukan untuk berlama-lama dalam nostalgia buruk masa lalu tetapi untuk mengambil ibroh (pelajaran) dari setiap kejadian yang pernah terjadi.
Setiap pribadi tentu punya kenangan buruk, dan juga punya kenangan baik. Disana kita akan tahu bahwa orang baik adalah orang yang banyak kebaikannya, tetapi tidak berarti dia tidak punya sisi gelap. Hanya saja dia mampu menutup sisi gelapnya dengan kebaikannya.

Selayaknya kita juga harus selalu memperbaiki diri setiap saat, belajar dari masa lalu yang pernah terlewat. Kita tahu bahwa waktu tidak akan terulang. “wahai anak adam, sesungguhnya kamu terdiri dari hari-hari, jika telah berlalu hari itu maka tidak akan pernah terulang kembali.”

Kita juga dapat menyusun strategi dalam menghadapi waktu, sebisa mungkin kita yang mengendalikan waktu bukan waktu yang mengendalikan kita. Dalam menghadapi waktu ini kita dapat mengambil ibrah satu surat dalam Al-Qur’an yang dikomentari oleh As-Syafi’i bahwa jika hanya surat ini yang turun, niscaya nasehatnya telah mencukupi bagi kita. Yaitu QS. Al-‘Ashr:

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung karena selalu berhati-hati dalam menggunakan hari-hari kita dan selalu kita niatkan untuk menggapai ridho-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar