Rabu, 06 Mei 2020

Perjalanan yang dirindukan, part 3


Perjalanan yang dirindukan, 

Mas balya selaku tuan rumah mengajakku dan beberapa teman-teman senior di pesantren untuk keluar sekedar mencari angin dan sharing di warung nasgor. Terima kasih mas balya dan teman-teman semuanya.

Setelah menulis beberapa rencana di laptop saya memutuskan merobohkan badan untuk istirahat sejenak agar tidak kelelahan dalam melanjutkan perjalanan berikutnya yaitu Jakarta. Keesokan harinya saya diantarkan mas adib ke Stasiun Kota Tegal karena sudah merasa pesan tiket yang akan berangkat pada pukul delapan lewat setengah jam, sesampainya di stasiun saya persilahkan mas-nya untuk kembali ke pesantren. Terima kasih mas Adib.

Satu jam menjelang jadwal keberangkatan, saya cetak tiket dan “Deg” panik ternyata e-boarding pass yang dikirim pihak KAI tidak bisa dicetak. Setelah berkali-kali dicoba tidak bisa, saya disarankan satpam untuk bertanya ke Custemer Service. “Mas salah menentukan stasiun keberangkatan, ini stasiun prupuk itu paling selatan Tegal dekat Purwokerto mas,” kata mba CS-nya menjelaskan. “Pantesan”, bathinku. “saya harus bagaimana mba?” pertanyaanku cari aman. “mas dapat cancel atau resschedul,”. Singkat cerita saya ressched meskipun harus ada potongan sekian persen dan itu kali ke berapa saya lupa dalam kecerobohan memilih perjalanan.

Setelah urusan dengan CS usai dan saya memilih perjalanan pukul sebelas lewat setengah karena dengan estimasi sampai stasiun pasar senen jakarta jam empat tiga puluh sore hari. Masih ada waktu satu jam untuk perjalanan menuju ciputat, tempat acara akan dilangsungkan.

Saya sangat menikmati perjalanan siang menuju sore tersebut, meskipun semburat matahari belum kuning sempurna tetapi posisi matahari sudah condong ke barat yang artinya menemani orang yang perjalanan menuju arah barat seperti aku ini, eh meskipun baratnya bukan amerika L.... Saya menikmati dengan mendengarkan musik shalawat kesukaan oleh-oleh dari Lek Nafeez sebelum saya merantau ke jakarta tahun 2014 serta buku bacaan yang saya tidak ingat judulnya, tentunya lagu-lagu yang lain juga mengema ditelinga, saya menyukai perjalanan, karena dalam perjalanan kita bisa menikmati imajinasi liar tentang apapun atau juga bisa memutar ulang memori yang pernah kita lalui, and i like it.

Tepat pada jam estimasi yang tertera di tiket saya sampai di jakarta dalam keadaan terlelap, saya dibangunkan petugas saat penumpang yang lain sudah tidak terlihat lagi berhamburan keluar, (ah, kamu ini (*_*)).

Dari stasiun pasar senen saya melanjutkan perjalanan menuju stasiun pondok ranji yang saya tidak hafal persis rutenya, yang saya ingat setelah sampai st. Pasar tanah abang saya salah mengambil jurusan. Saya sadar salah tujuan saat ada pengumuman “st. duri”. Saya harus kembali ke st. Pasar tanah abang dan mengoreksi dengan teliti jurusan yang harus saya tuju.



Saya order grab sesaat setelah sampai st. Pondok ranji, kita menyepakati tempat untuk saling bertemu karena dia bercerita tidak boleh mengambil penumpang dari stasiun. Setengah jam menuju maghrib saya bisa bergabung bersama teman-teman JHQ atas nama Bukber yang dinamai Buser; Buko Sareng JHQ dengan mengangkat Tema “Temu Kangen di Momentum Ramadhan” itulah perbincangan tentang HBH dibicarakan dengan serius sekitar H-32 hari menjelang acara akan diselenggarakan itupun belum kepotong lebaran.



Saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh sedulur yang terlibat suksesnya acara tersebut. Terima kasih teman BPH yang selalu tidak pernah terlihat damai meskipun nyata dedikasinya, terima kasih dan maaf kepada seluruh teman panitia HBH yang lebih sering di semprot daripada di apresiasi. Terima kasih dan maaf untuk semuanya, semoga perseduluruan ini abadi.




Oh ya, jika ada yang tanya kenapa saya tulis di tanggal ini karena hari ke 14 adalah setahun persis bukber diselenggarakan. Hehe, tahun ini kita tidak bisa bukber karena masih ada Pandemi, semoga sedulur semua dan keluarga di lindungi oleh Allah SWT. 

Terima Kasih.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar