Perjalanan yang dirindukan,
Mas balya selaku tuan rumah
mengajakku dan beberapa teman-teman senior di pesantren untuk keluar sekedar
mencari angin dan sharing di warung nasgor. Terima kasih mas balya dan
teman-teman semuanya.
Setelah menulis
beberapa rencana di laptop saya memutuskan merobohkan badan untuk istirahat
sejenak agar tidak kelelahan dalam melanjutkan perjalanan berikutnya yaitu
Jakarta. Keesokan harinya saya diantarkan mas adib ke Stasiun Kota Tegal karena
sudah merasa pesan tiket yang akan berangkat pada pukul delapan lewat setengah
jam, sesampainya di stasiun saya persilahkan mas-nya untuk kembali ke
pesantren. Terima kasih mas Adib.
Satu jam
menjelang jadwal keberangkatan, saya cetak tiket dan “Deg” panik ternyata
e-boarding pass yang dikirim pihak KAI tidak bisa dicetak. Setelah berkali-kali
dicoba tidak bisa, saya disarankan satpam untuk bertanya ke Custemer Service. “Mas
salah menentukan stasiun keberangkatan, ini stasiun prupuk itu paling selatan
Tegal dekat Purwokerto mas,” kata mba CS-nya menjelaskan. “Pantesan”,
bathinku. “saya harus bagaimana mba?” pertanyaanku cari aman. “mas
dapat cancel atau resschedul,”. Singkat cerita saya ressched meskipun harus
ada potongan sekian persen dan itu kali ke berapa saya lupa dalam kecerobohan
memilih perjalanan.
Setelah urusan
dengan CS usai dan saya memilih perjalanan pukul sebelas lewat setengah karena
dengan estimasi sampai stasiun pasar senen jakarta jam empat tiga puluh sore
hari. Masih ada waktu satu jam untuk perjalanan menuju ciputat, tempat acara akan
dilangsungkan.
Saya sangat
menikmati perjalanan siang menuju sore tersebut, meskipun semburat matahari
belum kuning sempurna tetapi posisi matahari sudah condong ke barat yang
artinya menemani orang yang perjalanan menuju arah barat seperti aku ini, eh
meskipun baratnya bukan amerika L.... Saya menikmati dengan mendengarkan musik shalawat kesukaan
oleh-oleh dari Lek Nafeez sebelum saya merantau ke jakarta tahun 2014 serta
buku bacaan yang saya tidak ingat judulnya, tentunya lagu-lagu yang lain juga
mengema ditelinga, saya menyukai perjalanan, karena dalam perjalanan kita bisa
menikmati imajinasi liar tentang apapun atau juga bisa memutar ulang memori
yang pernah kita lalui, and i like it.
Tepat pada jam
estimasi yang tertera di tiket saya sampai di jakarta dalam keadaan terlelap,
saya dibangunkan petugas saat penumpang yang lain sudah tidak terlihat lagi
berhamburan keluar, (ah, kamu ini (*_*)).
Dari stasiun
pasar senen saya melanjutkan perjalanan menuju stasiun pondok ranji yang saya
tidak hafal persis rutenya, yang saya ingat setelah sampai st. Pasar tanah
abang saya salah mengambil jurusan. Saya sadar salah tujuan saat ada pengumuman
“st. duri”. Saya harus kembali ke st. Pasar tanah abang dan mengoreksi dengan
teliti jurusan yang harus saya tuju.
Saya order grab
sesaat setelah sampai st. Pondok ranji, kita menyepakati tempat untuk saling
bertemu karena dia bercerita tidak boleh mengambil penumpang dari stasiun. Setengah
jam menuju maghrib saya bisa bergabung bersama teman-teman JHQ atas nama Bukber
yang dinamai Buser; Buko Sareng JHQ dengan mengangkat Tema “Temu Kangen di
Momentum Ramadhan” itulah perbincangan tentang HBH dibicarakan dengan
serius sekitar H-32 hari menjelang acara akan diselenggarakan itupun belum
kepotong lebaran.
Saya haturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh sedulur yang terlibat suksesnya acara tersebut.
Terima kasih teman BPH yang selalu tidak pernah terlihat damai meskipun nyata
dedikasinya, terima kasih dan maaf kepada seluruh teman panitia HBH yang lebih
sering di semprot daripada di apresiasi. Terima kasih dan maaf untuk semuanya,
semoga perseduluruan ini abadi.
Oh ya, jika ada yang tanya kenapa saya tulis di tanggal ini karena hari ke 14 adalah setahun persis bukber diselenggarakan. Hehe, tahun ini kita tidak bisa bukber karena masih ada Pandemi, semoga sedulur semua dan keluarga di lindungi oleh Allah SWT.
Terima Kasih.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar