Perjalanan yang diridukan,
Salah satu
kegelisahan di kepengurusan kami (JHQ 2018-2019) adalah Halal Bi Halal
Jam’iyyah Hafazhah Al-Qur’an yang sering disebut HBH JHQ yang seringkali dilaksanakan
di daerah seputar Jawa Tengah -sebagai sesuatu yang menyatukan kita selain
Hifdz al-Qur’an- dengan berbagai tujuan diantaranya mendakwahkan Al-Qur’an
kepada masyarakat luas dan juga memperkenalkan kampus tercinta kami yaitu
Institut PTIQ Jakarta dan IIQ-nya. Pasalnya kegiatan rutin tersebut sudah tidak
terealisasikan selama sepuluh periode kepengurusan.
Bertepatan
dengan mengkatnya kiyai-ku (Mun), pada hari kedelapan Ramadhan 1441 saya harus
pulang ke pesantren di kudus. Setelah puas meluapkan kerinduan kepada kudus dan
semua yang meliputinya, saya sempatkan diri mampir ke rumah untuk sekedar
meluapkan kerinduan kepada kedua orang tua-ku dan juga meminta restu mereka.
Selain juga menyambung silaturrahim kepada sanak saudara meskipun dengan waktu
yang minim.
Dihari keenam
semenjak meninggalkan jakarta, saya harus melanjutkan perjalanan ke Pemalang
untuk sowan (menghadap) ke Ndalem KH. Mustofa hadna dan keluarga besar
karena pesantren tersebut (Al-Hikmah) yang kita pilih untuk mengadakan HBH JHQ.
Waktu itu tanggal 13 Ramadhan.
Saya memulai
perjalanan dengan mampir ke kudus dulu sebagai kebiasaan perjalanan selalu saya
mulai dari kota kecil nan asri tersebut. Saya harus memesan tiket kereta karena
bus yang saya andalkan berangkat lebih pagi dari yang saya duga. Setelah
melaksanakan shalat zuhur di stasiun poncol Semarang, saya memasuki ruang
tunggu sambil menunggu panggilan bahwa kereta api jurusan Semarang Tegal akan
segera diberangkatkan. Saya berangkat jam satu siang dan sampai di stasiun
Pemalang jam empat sore.
Selanjutnya saya harus menaiki becak
sebelum naik Bus yang melewati Randudongkal, saya tidak ingat apakah jurusan
Pemalang-Tegal atau entah. Mungkin sudah terlalu ngantuk dan lelah, saya
menaiki bus yang keseringan ngetem untuk menunggu penumpang, saya sangat
menikmati perjalanan tersebut, melewati RS Ashari, melewati hutan jati-jati nan
indah yang saya kira terlalu jauh antara Pemalang kota dengan tempat yang akan
saya tuju. Tepat saat adzan magrib bersahut-sahutan aku turun di lampu merah
dekat masjid besar di Randudongkal untuk menunggu mas santri yang diutus mas
balya untuk menjemputku ke pesantren Al-Hikmah yang terletak di Warungpring,
dalam perjalanan aku mengenalnya bernama mas fikri yang sampai saat tulisan ini
dituangkan kami masih akrab. Terima kasih mas fikri, semoga selalu mendapatkan
ridha dari Allah dan menjadi hamba yang pandai bersyukur, anggap saja saya
menulisnya dengan penuh senyum yang merekah, eh memang iya kok.... hehehe
to be continue ya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar