Rabu, 06 Mei 2020

Perjalanan yang diridukan, Part 1


Perjalanan yang diridukan,

Salah satu kegelisahan di kepengurusan kami (JHQ 2018-2019) adalah Halal Bi Halal Jam’iyyah Hafazhah Al-Qur’an yang sering disebut HBH JHQ yang seringkali dilaksanakan di daerah seputar Jawa Tengah -sebagai sesuatu yang menyatukan kita selain Hifdz al-Qur’an- dengan berbagai tujuan diantaranya mendakwahkan Al-Qur’an kepada masyarakat luas dan juga memperkenalkan kampus tercinta kami yaitu Institut PTIQ Jakarta dan IIQ-nya. Pasalnya kegiatan rutin tersebut sudah tidak terealisasikan selama sepuluh periode kepengurusan.

Bertepatan dengan mengkatnya kiyai-ku (Mun), pada hari kedelapan Ramadhan 1441 saya harus pulang ke pesantren di kudus. Setelah puas meluapkan kerinduan kepada kudus dan semua yang meliputinya, saya sempatkan diri mampir ke rumah untuk sekedar meluapkan kerinduan kepada kedua orang tua-ku dan juga meminta restu mereka. Selain juga menyambung silaturrahim kepada sanak saudara meskipun dengan waktu yang minim.

Dihari keenam semenjak meninggalkan jakarta, saya harus melanjutkan perjalanan ke Pemalang untuk sowan (menghadap) ke Ndalem KH. Mustofa hadna dan keluarga besar karena pesantren tersebut (Al-Hikmah) yang kita pilih untuk mengadakan HBH JHQ. Waktu itu tanggal 13 Ramadhan.
Saya memulai perjalanan dengan mampir ke kudus dulu sebagai kebiasaan perjalanan selalu saya mulai dari kota kecil nan asri tersebut. Saya harus memesan tiket kereta karena bus yang saya andalkan berangkat lebih pagi dari yang saya duga. Setelah melaksanakan shalat zuhur di stasiun poncol Semarang, saya memasuki ruang tunggu sambil menunggu panggilan bahwa kereta api jurusan Semarang Tegal akan segera diberangkatkan. Saya berangkat jam satu siang dan sampai di stasiun Pemalang jam empat sore.

Selanjutnya saya harus menaiki becak sebelum naik Bus yang melewati Randudongkal, saya tidak ingat apakah jurusan Pemalang-Tegal atau entah. Mungkin sudah terlalu ngantuk dan lelah, saya menaiki bus yang keseringan ngetem untuk menunggu penumpang, saya sangat menikmati perjalanan tersebut, melewati RS Ashari, melewati hutan jati-jati nan indah yang saya kira terlalu jauh antara Pemalang kota dengan tempat yang akan saya tuju. Tepat saat adzan magrib bersahut-sahutan aku turun di lampu merah dekat masjid besar di Randudongkal untuk menunggu mas santri yang diutus mas balya untuk menjemputku ke pesantren Al-Hikmah yang terletak di Warungpring, dalam perjalanan aku mengenalnya bernama mas fikri yang sampai saat tulisan ini dituangkan kami masih akrab. Terima kasih mas fikri, semoga selalu mendapatkan ridha dari Allah dan menjadi hamba yang pandai bersyukur, anggap saja saya menulisnya dengan penuh senyum yang merekah, eh memang iya kok.... hehehe  


to be continue ya..... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar