Kamis, 14 Juni 2018

curhatan seorang anak


Rahasia Hati Untuk Umi



@anas, Irkham, Ubay, cak mun. 
ibunya mba hesti, mba hesti. fhoto ini tidak ada kaitannya atas tulisannya, fhoto ini diambil dalam rangka acara Touring JHQ-16 dan mampir di Purwokerto...... nama dalam tulisan ini adalah nama samaran.....hehehe

Arfan sedikit kecewa karena ketika Arfan dingendikani Umi, Arfan nyuwun Ning Mella supaya diikut sertakan untuk mendengarkan supaya sama-sama mendengarnya tapi tidak di ijinkan oleh Umi, (yang mungkin ada sebab yang aku tidak tahu). Bukankah dalam pengadilan di Indonesia ini jika ada seseorang yang terlibat dalam masalah, orang tersebut akan di panggil semua, itu adalah supaya mendapatkan klarifikasi dari bebagai pihak dan menemukan kejelasan. Dan agaknya semua pengadilan di penjuru dunia juga demikian.

Semoga coretanku ini tidak menyakiti hati Umi, karena sama sekali tidak terbesit dalam hatipun untuk menyakiti hati Umi. Aku tahu pasti Umi lebih pandai lebih pintar dan lebih banyak pengalamannya dibandingkan dengan Arfan yang notabenenya anak bau kencur atau anak kemarin sore. Tetapi tidak ada salahnya untuk kita mengamalkan kandungan surat al-ashr yaitu untuk saling ingat mengingatkan (Q.S Al-Ashr : 03) supaya kita tidak termasuk al-khusr yaitu orang-orang yang merugi, sebagaimana Umi selalu mengingatkan putri-putri Umi juga mengingatkan Arfan tentunya dalam beberapa kesempatan, kandungan ayat tersebut tidak di sebutkan yang mengingatkan atau menasehati adalah harus orang yang lebih tua atau lebih ‘alim, jadi siapapun dia dan apapun kedudukannya mempunyai hak yang sama untuk ikut saling mengingatkan. sekalipun santri terhadap kiyainya (jika memang mungkin). Maka tidaklah salah pribahasa yang mengatakan bahwa “mutiara, sekalipun keluar dari mulut anjing maka itu tetap mutiara”.

Arfan tahu betapa sayang dan cintanya Umi kepada Ning Mella, tapi mungkin sayang dan cinta itu yang belum sepenuhnya dirasakan oleh putri kesayangan Umi tersebut. Bisa jadi Karena salah dalam memahami cinta dari kedua insan –Umi dan Ningnya- yang seharusnya saling mencintai dan menyayangi sebagai seaorang Ibu dan Putrinya itu. Arfan, sebagai orang yang tahu Umi dan juga kenal Ning Mella merasa perlu untuk menyampaikan sesuatu yang semoga dengan itu bisa membuat semuanya menjadi lebih baik.

Arfan tahu Mi, apa yang selalu Umi katakan ke Neng Mella agar dia mau untuk nurutin Umi dalam pesantren maupun yang lainnya –meskipun itu berupa paksaan ataupun tidak- yaitu adalah kata “birrul walidain” yang banyak sekali redaksi ayat dan juga hadist yang mewajibkannya. Salah satunya Q.S Al-isro’ 23, namun yang namanya birrul walidain tidak lantas menjadikan anak tidak boleh berbeda pendapat dengan orang tua. Tidak! Yang dilarangnya adalah bersikap kurang sopan kepada orang tua.Yang diperintahkannya adalah berbakti kepada beliau. Karena itu, jika perbedaan pendapat yang disampaikan dengan bahasa dan cara yang baik, maka itu sekali-sekali tidak terlarang oleh agama.


Wallaahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar