Belajar Kepada Jama’ah
Tabligh
Pesanggerahan, Rabu-04-04-2018.
Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya, itulah mungkin hal
yang harus kita camkan dengan baik dan tidak mengeluh dalam setiap keadaan lalu
mencari hikmah dari keadaan yang kita alami. Saat bertugas di daerah
pesangerahan, saya mengalami hal yang mungkin bisa di bilang membosankan. Bagaimana
tidak? Menunggu hampir dua jam..heheTetapi kembali ke awal semua ada hikmahnya.
Di saat sedang menunggu, saya dihampiri seorang
laki-laki paruh baya, mungkin usia sekitar lima puluhan, berperawakan tinggi,
berjenggot merah, memakai jubah kebanggaan ala Jama’ah Tabligh (JT) mengajak
diskusi –ya ngobrol biasa lah ketemu saudara seiman- dia yakin saya
saudara seiman karena kebetulan saat itu saya masih memakai peci putih yang
biasa di saku karena baru selesai Jama’ah shalat ashar.
Percakapan kita dimulai perkenalan, dia bertanya saya dari
mana dan lain sebagainya. Hingga dia mendapatkan info yang lengkap untuk
mengajak diskusi.hehe “saya mesantren di Bayt al-Qur’an, dari Pati bla bla
bla...”. saya yakin dia tahu saya dari pesantren tersebt karena dia juga tujuan
salah satu orang yang kita temui saat itu.he dia bertanya “Bagaimana pendapat
kamu tentang statement pak Quraish tentang jilbab?” sudah saya duga jauh hari
bahwa resiko menjadi santri MQS adalah ditanya tentang hal-hal yang seperti
ini, biasa banget. Dulu juga pernah debat kecil gara-gara bahas seperti ini di
stadiun GBK saat Islamic Book fair.
Mengaca dari pengalaman di GBK, saya Slow respon saja
deh, nanti juga keluar statemen dia dengan sendirinya (Bathin saya) dan
ternyata benar. Dia membuat pertanyaan yang akan dia analisis sendiri.hehe “kalau
kata pak Quraish, yang penting itu bukan Jilbabnya tetapi Akhlaknya. Kalau saya
gini mas, yang berjilbab aja masih ada yang akhlaknya kurang baik, apalagi yang
tidak. Bukan yang penting itu Akhlaknya bukan shalatnya. Salah itu mas. Tetapi
Yang shalat saja masih ada yang kurang baik apalagi yang tidak” (kata dia JT)
Masih tetap slow respon, dia menganalisis kesana kemari
saya sesekali menyatakan gak setuju dan tetap dengan gaya khas saya, senyum dulu
dah biar gak panas. Bapaknya ngotot. Setelah puas ngomongin Jilbab, ganti
ngomongin Syi’ah. Saya gali saja, “bagaimana pandangan bapak tentang syiah di
indonesia?” dia menjawab sangat membahayakan sekali, penyebarannya juga sangat
masif, pergerakannya memasuki segala lini, dari politik, ormas islam dan lain
sebagainya. Mereka menghalalkan segala cara untuk masuk ke ranah politik. Wah
semakin pusing saya..hehe Lalu saya Nyaut “tetapi tidak bisa kita pungkiri
pak, masuknya islam indonesia itu ada –jika tidak mau mengatakan dibawa- oleh
islam gujarat yang Syi’ah” iya, tetapi syiah dulu dan sekarang beda kata
dia. Sebut satu nama coba orang syiah indonesia yang kamu tahu yang latar
belakang pendidikannya agama? Saya diam saja, saya rasa dia akan menjawab. Dan ternyata
benar, dia jawab sendiri. Haidar Bagir? Dia tidak berlatar belakang agama, kata
dia.
Setelah ngomongin ini itu, masih banyak diskusi kita. Politik,
kepemimpinan non muslim, hidayah dan lain sebagainya. Hingga ke Jama’ah tabligh
sendiri... terlalu panjang jika harus di paparkan disini dan juga takut banyak
kesalahan jika kepanjangan nulisnya,,hehe
Siap-siap terjun ke masyarakat berarti kita harus siap
menghadapi masyarakat dengan berbagai problematika dan berjuta sikapnya,
bijaklah dalam berhadapan dengan siapapun, jangan mudah tersinggung dan ramahlah
supaya siapapun yang kita hadapi tahu bahwa islam adalah Rahmatan Lil
‘Aalamin. Siapkan jawaban terbaikmu dari sekarang untuk menghadapi masyarakatmu.
Mohon maaf atas segala kesalahan ya...hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar