Kamis, 05 April 2018

semua ada hikmahnya


Belajar Kepada Jama’ah Tabligh

Pesanggerahan, Rabu-04-04-2018.

Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya, itulah mungkin hal yang harus kita camkan dengan baik dan tidak mengeluh dalam setiap keadaan lalu mencari hikmah dari keadaan yang kita alami. Saat bertugas di daerah pesangerahan, saya mengalami hal yang mungkin bisa di bilang membosankan. Bagaimana tidak? Menunggu hampir dua jam..heheTetapi kembali ke awal semua ada hikmahnya.
Di saat sedang menunggu, saya dihampiri seorang laki-laki paruh baya, mungkin usia sekitar lima puluhan, berperawakan tinggi, berjenggot merah, memakai jubah kebanggaan ala Jama’ah Tabligh (JT) mengajak diskusi –ya ngobrol biasa lah ketemu saudara seiman- dia yakin saya saudara seiman karena kebetulan saat itu saya masih memakai peci putih yang biasa di saku karena baru selesai Jama’ah shalat ashar.

Percakapan kita dimulai perkenalan, dia bertanya saya dari mana dan lain sebagainya. Hingga dia mendapatkan info yang lengkap untuk mengajak diskusi.hehe “saya mesantren di Bayt al-Qur’an, dari Pati bla bla bla...”. saya yakin dia tahu saya dari pesantren tersebt karena dia juga tujuan salah satu orang yang kita temui saat itu.he dia bertanya “Bagaimana pendapat kamu tentang statement pak Quraish tentang jilbab?” sudah saya duga jauh hari bahwa resiko menjadi santri MQS adalah ditanya tentang hal-hal yang seperti ini, biasa banget. Dulu juga pernah debat kecil gara-gara bahas seperti ini di stadiun GBK saat Islamic Book fair.

Mengaca dari pengalaman di GBK, saya Slow respon saja deh, nanti juga keluar statemen dia dengan sendirinya (Bathin saya) dan ternyata benar. Dia membuat pertanyaan yang akan dia analisis sendiri.hehe “kalau kata pak Quraish, yang penting itu bukan Jilbabnya tetapi Akhlaknya. Kalau saya gini mas, yang berjilbab aja masih ada yang akhlaknya kurang baik, apalagi yang tidak. Bukan yang penting itu Akhlaknya bukan shalatnya. Salah itu mas. Tetapi Yang shalat saja masih ada yang kurang baik apalagi yang tidak” (kata dia JT)

Masih tetap slow respon, dia menganalisis kesana kemari saya sesekali menyatakan gak setuju dan tetap dengan gaya khas saya, senyum dulu dah biar gak panas. Bapaknya ngotot. Setelah puas ngomongin Jilbab, ganti ngomongin Syi’ah. Saya gali saja, “bagaimana pandangan bapak tentang syiah di indonesia?” dia menjawab sangat membahayakan sekali, penyebarannya juga sangat masif, pergerakannya memasuki segala lini, dari politik, ormas islam dan lain sebagainya. Mereka menghalalkan segala cara untuk masuk ke ranah politik. Wah semakin pusing saya..hehe Lalu saya Nyaut “tetapi tidak bisa kita pungkiri pak, masuknya islam indonesia itu ada –jika tidak mau mengatakan dibawa- oleh islam gujarat yang Syi’ah” iya, tetapi syiah dulu dan sekarang beda kata dia. Sebut satu nama coba orang syiah indonesia yang kamu tahu yang latar belakang pendidikannya agama? Saya diam saja, saya rasa dia akan menjawab. Dan ternyata benar, dia jawab sendiri. Haidar Bagir? Dia tidak berlatar belakang agama, kata dia.

Setelah ngomongin ini itu, masih banyak diskusi kita. Politik, kepemimpinan non muslim, hidayah dan lain sebagainya. Hingga ke Jama’ah tabligh sendiri... terlalu panjang jika harus di paparkan disini dan juga takut banyak kesalahan jika kepanjangan nulisnya,,hehe

Siap-siap terjun ke masyarakat berarti kita harus siap menghadapi masyarakat dengan berbagai problematika dan berjuta sikapnya, bijaklah dalam berhadapan dengan siapapun, jangan mudah tersinggung dan ramahlah supaya siapapun yang kita hadapi tahu bahwa islam adalah Rahmatan Lil ‘Aalamin. Siapkan jawaban terbaikmu dari sekarang untuk menghadapi masyarakatmu.
Mohon maaf atas segala kesalahan ya...hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar