Laporan pertemuan dengan Dr. KH.
Ahsin Sakho Muhammad, MA
Kamis, 05-04-2018.
Seusai ngaji setoran bersama beliau, kami diajarkan Nadzaman
Syatibiyyah sebagai bekal bagi yang mempelajari Qira’at. (Untuk uraiannya
insyaallah akan saya sajikan dalam tulisan yang lain). Setelah itu, kami
biasa di suguhi sarapan oleh beliau, bagi yang puasa sunnah biasanya langsung
bersalaman pertanda pamit terlebih dahulu, meskipun ada yang bertahan walau
puasa, mungkin sekedar ingin mendengarkan ujaran-ujaran pak yai saat sarapan
bersama atau mungkin ingin melihat lebih lama teduh wajahnya, aku sendiri tak
mau melewatkan momen spesial itu.hehe sekali menyebrang tiga pulau terlampaui, (Ngaji,
Sarapan dan motivasi) hehe
Setelah membicarakan masalah umroh dan tetek bengeknya, karena ada
santri beliau yang bertanya soal itu. Kami –Aku & Anas- flasback ke
untaian yang awal bahwa beliau mengatakan bahwa “mestinya masjid-masjid kita
di isi dengan huffadz-huffadz ini, supaya tidak dipenuhi oleh pihak lain”
dengan latar belakang itu kami menanyakan, sudah adakah semacam organisasi yang
mewadahi para penghafal ataupun hafidz-hafidzah dalam perguruan tinggi kita?
Beliau menjawab, ada. Yang salah satu penggeraknya kang Abid Muaffan dari UIN
Malang yang namanya “Asosiasi Lembaga Al-Qur’an Mahasiswa Indonesia ”,
tetapi catatan saya (pen), itu wadah bagi para huffadz, bukan penghafal yang
masih dalam proses menghafal.
Kami minta nasehatnya pak bagaimana baiknya jika kita membuat
semacam organisasi, sebagaimana tercantum dalam buku bapak –menginisiasi
terwujudnya organisasi penghafal. “sebenarnya ini kiia di minta menciptakan
komunitas” tentunya komunitas yang baik. Lalu beliau mengatakan “ya,
silahkan saja di kumpulkan teman-teman. di buat sendiri, Mulai saja dari PTIQ,
itu kan lembaga ke-al-Qur’anan. Lembaga yang mempunyai basic al-Qur’an akan
mudah di terima di masyarakat.
Lalu kami menanyakan bagaimana di JQH, kan kita punya juga JQH.
apakah sudah terwadahi untuk para penghafal mahasiswa? Beliau menjawab, belum
ada. Baiknya buat sendiri aja, kalau JQH meski lembaga otonom tapi itu ke
atasnya masih menginduk pada NU (hanya untuk masyarakat NU -pen). Di buat
sendiri saja supaya lingkupnya lebih luas, pada akhirnya juga masyarakat yang
akan menilai apa yang kita kerjakan. Beliau menyetir At-Taubah Ayat : 105
وقل اعملوا فسير الله عملكم ورسوله والمؤمنون
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Kalau bisa ketua-keua orda (Organisasi Daerah) di ajak bicara,
supaya bisa terwujud mimpi itu. Boleh saja menginduk pada JQH tetapi harapannya
bisa mencakup lingkup yang lebih luas. Buat visi misi yang jelas dan juga
kegiatan ke-al-Qur’anan yang jelas.
Akhir perjumpaan kita, kita meminta usulan nama da beliau menghimbau agar kita membuat konsep
yang nantinya bisa di baca dan dikoreksi sama beliau....lalu kami meminta doa
restunya...
Sekian......
Mantap sekali, bagi para tahfidz menurutku bikin satu organisasi pa
BalasHapusterima kasih dukungannya mas, ini kami sedag menyusun kekuatan bagaimana bainya ke depan. saya harap mas juga bisa ikut terlibat dalam perjuangan itu...
Hapuskata pak yai, kita harus ikhlas... bukan karena uang, politik dan lain sebagaainya....