Minggu, 08 April 2018

Sekilas Info


Laporan pertemuan dengan Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA

Kamis, 05-04-2018.

Seusai ngaji setoran bersama beliau, kami diajarkan Nadzaman Syatibiyyah sebagai bekal bagi yang mempelajari Qira’at. (Untuk uraiannya insyaallah akan saya sajikan dalam tulisan yang lain). Setelah itu, kami biasa di suguhi sarapan oleh beliau, bagi yang puasa sunnah biasanya langsung bersalaman pertanda pamit terlebih dahulu, meskipun ada yang bertahan walau puasa, mungkin sekedar ingin mendengarkan ujaran-ujaran pak yai saat sarapan bersama atau mungkin ingin melihat lebih lama teduh wajahnya, aku sendiri tak mau melewatkan momen spesial itu.hehe sekali menyebrang tiga pulau terlampaui, (Ngaji, Sarapan dan motivasi) hehe

Setelah membicarakan masalah umroh dan tetek bengeknya, karena ada santri beliau yang bertanya soal itu. Kami –Aku & Anas- flasback ke untaian yang awal bahwa beliau mengatakan bahwa “mestinya masjid-masjid kita di isi dengan huffadz-huffadz ini, supaya tidak dipenuhi oleh pihak lain” dengan latar belakang itu kami menanyakan, sudah adakah semacam organisasi yang mewadahi para penghafal ataupun hafidz-hafidzah dalam perguruan tinggi kita? Beliau menjawab, ada. Yang salah satu penggeraknya kang Abid Muaffan dari UIN Malang yang namanya “Asosiasi Lembaga Al-Qur’an Mahasiswa Indonesia ”, tetapi catatan saya (pen), itu wadah bagi para huffadz, bukan penghafal yang masih dalam proses menghafal.

Kami minta nasehatnya pak bagaimana baiknya jika kita membuat semacam organisasi, sebagaimana tercantum dalam buku bapak –menginisiasi terwujudnya organisasi penghafal. “sebenarnya ini kiia di minta menciptakan komunitas” tentunya komunitas yang baik. Lalu beliau mengatakan “ya, silahkan saja di kumpulkan teman-teman. di buat sendiri, Mulai saja dari PTIQ, itu kan lembaga ke-al-Qur’anan. Lembaga yang mempunyai basic al-Qur’an akan mudah di terima di masyarakat.

Lalu kami menanyakan bagaimana di JQH, kan kita punya juga JQH. apakah sudah terwadahi untuk para penghafal mahasiswa? Beliau menjawab, belum ada. Baiknya buat sendiri aja, kalau JQH meski lembaga otonom tapi itu ke atasnya masih menginduk pada NU (hanya untuk masyarakat NU -pen). Di buat sendiri saja supaya lingkupnya lebih luas, pada akhirnya juga masyarakat yang akan menilai apa yang kita kerjakan. Beliau menyetir At-Taubah Ayat : 105

وقل اعملوا فسير الله عملكم ورسوله  والمؤمنون   

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.


Kalau bisa ketua-keua orda (Organisasi Daerah) di ajak bicara, supaya bisa terwujud mimpi itu. Boleh saja menginduk pada JQH tetapi harapannya bisa mencakup lingkup yang lebih luas. Buat visi misi yang jelas dan juga kegiatan ke-al-Qur’anan yang jelas.

Akhir perjumpaan kita, kita meminta usulan nama da beliau menghimbau agar kita membuat konsep yang nantinya bisa di baca dan dikoreksi sama beliau....lalu kami meminta doa restunya...
Sekian......

2 komentar:

  1. Mantap sekali, bagi para tahfidz menurutku bikin satu organisasi pa

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih dukungannya mas, ini kami sedag menyusun kekuatan bagaimana bainya ke depan. saya harap mas juga bisa ikut terlibat dalam perjuangan itu...
      kata pak yai, kita harus ikhlas... bukan karena uang, politik dan lain sebagaainya....

      Hapus