Tugas Pemikiran Kontemporer Dalam Islam
Wawancara ini kami lakukan di hari jum’at 04-mei-2018 seusai
shalat jum’at di pesantren Bayt Al-Qur’an Pondok Cabe, Kebetulan Prof. Hamdani
ada jadwal mengisi teman-teman PPL dari IAIN Surakarta dan alhamdulillah kami
bisa di pertemukan dengan beliau sebelum beliau mengajar. Wawancara ini
dilakukan untuk memenuhi tugas UAS di PTIQ prof, kata kami dan beliau menjawab
pelajaran apa? Pemikiran Kontemporer Dalam Islam. Oke silahkan.
Prof. Dr. Hamdani
Anwar, MA merupakan guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Beliau menekuni kajian tafsir Al-Quran dan hadis sejak
muda di Institut Agama Islam Negeri Jakarta (sekarang UIN), dari tingkat
sarjana hingga doktoral. Penguasaannya dalam pengetahuan agama sudah tak
diragukan lagi, dan bidang kepakarannya adalah ilmu-ilmu Al-Quran (Ulum al-Qr’an). Hal
ini membuatnya diamanahi untuk mengajar di UIN Jakarta dan Perguruan Tinggi
Al-Quran (PTIQ), juga sejumlah perguruan tinggi lainnya di Jakarta. Selain itu,
beliau juga berdakwah di berbagai tempat dan lokasi, mulai dari lembaga
pemerintahan, swasta, maupun masyarakat umum.
Sesungguhnya
pemikiran kontemporer sudah lahir sejak masa yang sangat lama, dilatar
belakangi masalah theologi ketika sebagian menyepakati untuk musyawarah dan
yang lainnya tidak mau jika tidak
menggunakan hukum Allah. Dari ini maka akan muncul
Aliran-Aliran dalam islam, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah dan lain sebagainya.
Sedangkan
latar belakang dari lahirnya tokoh pemikir kontemporer islam itu di karenakan karena para tokoh tersebut belajar dari masa lalu yang di
sesuaikan untuk konteks saat ini. Dan juga memang sudah fitrah manusia dari
perolehan ilmunya pasti akan muncul ide-ide baru. Jika keilmuan tersebut
berkaitan dengan agama islam maka akan muncul Pemikiran Kontemporer Dalam
Islam. Pemikiran ini bisa berkaitan dengan Akidah, Ibadah, Ahklak, Filsafat,
Tasawwuf, Ilmu Kalam dan lain sebagainya.
Adapun
tipologi masa lalu pemikiran islam ini terbagai menjadi dua garis besar yaitu Jabariyyah dan Qodariyyah. Yang pada perkembangannya Jabariyyah muncul pada
Aliran Asy’ariyyah sedangkan Qodariyyah tercover pada aliran Mu’tazilah. Dalam konteks
masa kini, justru para tokoh lebih condong pada keyakinan bahwa manusia
mempunyai peran dalam memilih jalan hidupnya yang disebut dalam istilah “Mu’tazilah
Modern”.
Sumber
Inspirasi pemikir-pemikir Islam di indonesia disebutkan oleh Ustadz Hamdani itu
berawal dari pemikiran Harun Nasution. Yang dilatar belakangi perolehan pendidikannya dari Fakultas Ushuluddin
(Pemikiran Islam) Universitas Al Azhar Kairo (1940-1952) dan juga dari Jurusan Studi Sosial, Universitas McGill, Montreal,
Kanada (1962-1968).
Perkembangan dan persebaraan pemikir
islam di indonesia ini pada awalnya mayoritas Dosen IAIN yang melanjutkan studi
pascanya yang waktu itu -tahun 70-80.an- hanya ada di IAIN Jakarta dan IAIN
Yogyakarta. Yang disitu mereka di ajar oleh Harun Nasution. Dari sinilah pemikiran
harun berkembang di indonesia sehinga mayoritas umat islam yang terdidik
menganut faham yang di usung oleh Prof. Harun tadi “Mu’tazilah Modern”. Dilain fihak,
umat islam yang golongan pesantren tetap menganut ajaran Kalam Asy’ariyyah.
Dengan ajaran yang dianut dari Harun
tersebut, sangat menganjurkan menuntut ilmu, baik ilmu pengetahun umum maupun
agama. Yang pada perkembangannya banyak yang belajar dari Timur Tengah dan Juga dari Barat. Beliau
“Ustadz Hamdani” menyarankan bahwa baiknya dosen dalam sebuah Universitas ada
lulusan keduanya yaitu Timur Tengah dan Barat.
Semakin banyak mahasiswa yang
mengusung pemikiran-pemikiran ini maka akan muncul ide-ide baru dan akan
memperluas khazanah keilmuan islam. Sehingga akan semakin memperluas wawasan umat islam dengan temuan
mereka, seperti Tafsir Maqosidi dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar