Senin, 07 Mei 2018

Pemikiran Kontempore Dalam Islam


Tugas Pemikiran Kontemporer Dalam Islam

Wawancara ini kami lakukan di hari jum’at 04-mei-2018 seusai shalat jum’at di pesantren Bayt Al-Qur’an Pondok Cabe, Kebetulan Prof. Hamdani ada jadwal mengisi teman-teman PPL dari IAIN Surakarta dan alhamdulillah kami bisa di pertemukan dengan beliau sebelum beliau mengajar. Wawancara ini dilakukan untuk memenuhi tugas UAS di PTIQ prof, kata kami dan beliau menjawab pelajaran apa? Pemikiran Kontemporer Dalam Islam. Oke silahkan.
 Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA merupakan guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Beliau menekuni kajian tafsir Al-Quran dan hadis sejak muda di Institut Agama Islam Negeri Jakarta (sekarang UIN), dari tingkat sarjana hingga doktoral. Penguasaannya dalam pengetahuan agama sudah tak diragukan lagi, dan bidang kepakarannya adalah ilmu-ilmu Al-Quran (Ulum al-Qr’an). Hal ini membuatnya diamanahi untuk mengajar di UIN Jakarta dan Perguruan Tinggi Al-Quran (PTIQ), juga sejumlah perguruan tinggi lainnya di Jakarta. Selain itu, beliau juga berdakwah di berbagai tempat dan lokasi, mulai dari lembaga pemerintahan, swasta, maupun masyarakat umum.
Sesungguhnya pemikiran kontemporer sudah lahir sejak masa yang sangat lama, dilatar belakangi masalah theologi ketika sebagian menyepakati untuk musyawarah dan yang lainnya tidak mau jika tidak menggunakan hukum Allah. Dari ini maka akan muncul Aliran-Aliran dalam islam, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah dan lain sebagainya.
Sedangkan latar belakang dari lahirnya tokoh pemikir kontemporer islam itu di karenakan karena para tokoh tersebut belajar dari masa lalu yang di sesuaikan untuk konteks saat ini. Dan juga memang sudah fitrah manusia dari perolehan ilmunya pasti akan muncul ide-ide baru. Jika keilmuan tersebut berkaitan dengan agama islam maka akan muncul Pemikiran Kontemporer Dalam Islam. Pemikiran ini bisa berkaitan dengan Akidah, Ibadah, Ahklak, Filsafat, Tasawwuf, Ilmu Kalam dan lain sebagainya.
Adapun tipologi masa lalu pemikiran islam ini terbagai menjadi dua garis besar yaitu Jabariyyah dan Qodariyyah. Yang pada perkembangannya Jabariyyah muncul pada Aliran Asy’ariyyah sedangkan Qodariyyah tercover pada aliran Mu’tazilah. Dalam konteks masa kini, justru para tokoh lebih condong pada keyakinan bahwa manusia mempunyai peran dalam memilih jalan hidupnya yang disebut dalam istilah “Mu’tazilah Modern”.
Sumber Inspirasi pemikir-pemikir Islam di indonesia disebutkan oleh Ustadz Hamdani itu berawal dari pemikiran Harun Nasution. Yang dilatar belakangi perolehan pendidikannya dari Fakultas Ushuluddin (Pemikiran Islam) Universitas Al Azhar Kairo (1940-1952) dan juga dari Jurusan Studi Sosial, Universitas McGill, Montreal, Kanada (1962-1968).
Perkembangan dan persebaraan pemikir islam di indonesia ini pada awalnya mayoritas Dosen IAIN yang melanjutkan studi pascanya yang waktu itu -tahun 70-80.an- hanya ada di IAIN Jakarta dan IAIN Yogyakarta. Yang disitu mereka di ajar oleh Harun Nasution. Dari sinilah pemikiran harun berkembang di indonesia sehinga mayoritas umat islam yang terdidik menganut faham yang di usung oleh Prof. Harun tadi “Mu’tazilah Modern”. Dilain fihak, umat islam yang golongan pesantren tetap menganut ajaran Kalam Asy’ariyyah.
Dengan ajaran yang dianut dari Harun tersebut, sangat menganjurkan menuntut ilmu, baik ilmu pengetahun umum maupun agama. Yang pada perkembangannya banyak yang belajar dari Timur Tengah dan Juga dari Barat. Beliau “Ustadz Hamdani” menyarankan bahwa baiknya dosen dalam sebuah Universitas ada lulusan keduanya yaitu Timur Tengah dan Barat.
Semakin banyak mahasiswa yang mengusung pemikiran-pemikiran ini maka akan muncul ide-ide baru dan akan memperluas khazanah keilmuan islam. Sehingga akan semakin memperluas wawasan umat islam dengan temuan mereka, seperti Tafsir Maqosidi dan lain sebagainya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar