Postingan ini merupakan hasil tugas wawancara untuk mata kuliah "Tasawwuf". kami di tugaskan untuk wawancara tokoh mengenai perkembangan Majlis Dzikir dan tetek bengeknya tentang dunia ketasawwufan.
sebenarnya saya juga tidak tahu harus mewawancara siapa dan juga tidak kenal dengan Ustadz Rosyid ini, tetapi saya haturkan terima kasih yang tiada terkira untuk sahabat kami "Itsam Samrotul Fuadah" yang bersedia mewakili lisan kami untuk berdialog dengan beliau.
meski kami sadar daya kritis dalam wawancara kita beda, tidak mengapa karena engkau telah mewakilkan Lisan kami. kami juga meminta maaf jika dalam penuangan kontens wawancara masih banyak kekangan disana sini. kami bersedia menerima kritik dan sarannya. sampaikan salam kami teruntuk Ustadz Rosyid, maaf jika dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. dan juga terima kasih untuk Ustadz Abdul Rosyid atas waktu dan kesediaannya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. teruntuk kang mas zuhri juga kami haturkan banyak Matur nuwun telah berbagi ide dan lain sebgainya....
Ahmad Munthaha_IPTIQ_Ushuluddin_IV-A
Diskripsi Narasumber
Nama : Abdul Rosyid
Nama Pena : Abdur Rosyid Masykur/Abdul Rosyid Masykur
Tpat Tgl. Lhr. : Lumajang, 20 September 1979
Telp. : 0815-14360-121
Istri : Ruaedah
Anak : 1. Nayahita Rosyidah (Naya)
2. Abhinawa Rosyidah (Nawa)
3. Alifa Rasyida Nurania (Rara)
Riwayat Pendidikan
Formal:
SD Taquma (Surabaya) (1987-1992)
MTs. Salafiyah Syafi‘iyah (Sampang Madura) (1994-1997)
MA. HM. Tribakti Lirboyo (Kediri) (1999-2002)
Universitas Islam Negeri Jakarta (Jurusan Tarjamah,
Fak. Adab dan Humaniora)
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta
(Konsentrasi Ulumul Qur’an)
Informal:
Pondok Pesantren Darut Tauhid, Injelan Sampang Madura
(1992-1998)
Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri
(1999-2002)
Pesantren Fathul Ulum, Kewagean, Pare Kediri; PP
Al-Khozini, Buduranm Sidoarjo; PP. Al-Hamdaniyah, Panji, Sidoarjo; PP.
Darus-Salam, Tegalrejo, Tanggulangin, Pasuruan.
Pengalaman Organisasi
Ketua OSIS MA. HM. Tribakti
Waka BEMJ Tarjamah UIN Jakarta
Ketua Pengurus Pusat Forum Mahasiswa Alumni Lirboyo
(PP. FORMAL)
Sekretaris 3 Pimpinan Pusat Jam‘iyyatul Qurra
wal-Huffazh Nahdlatul Ulama
Pengalaman Pekerjaan/Profesi
Editor di Penerbit Almahira (2007-2010)
Dosen UIN Jakarta
Dosen IIQ Jakarta
Dosen UNPAM
Pengajar di Pesantren Takhassus IIQ Jakarta
Ketua Pusat Penerjemahan dan Penerbitan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Jakarta (2014-2015)
Ketua Lembaga Bahasa IIQ Jakarta
Direktur IIQ Press
Sejarah Perkembangan Hirzul Jausyan di Institut Ilmu al-Qur’an
Jakarta
Adanya Hirzul
Jausyan di IIQ Jakarta ini di inisiasi oleh bapak Hasan yang mendapatkan ijazah
ini dari Lirboyo. Ijazah Hirzul Jausyan ini memang sering di ijazahkan pada
santri-santri yang tamatan di Lirboyo, baik tamat tsanawiyyah maupun aliyyah.
Kiyai Mahrus Ali memperoleh Ijazah tersebut dari Kiyai Musthofa Lasem dari
gurunya dari gurunya hingga rasulullah.
Hizib ini pada
mulanya di baca pribadi-pribadi oleh para pengamalnya. Seiring perkembangan
zaman maka Hizib tersebut dibaca secara Komunal. Yang dalam Konteks Jakarta
yang memulai adalah Abuya KH Muhammad Juned HMS -yang pada akhirnya dikenal
Syaikh Juned- dengan para jama’ahnya yang menamakan diri “Laskar Jausyan”.
Beliau (Bapak
Hasan) melihat bahwa IIQ Jakarta ini telah di penuhi dengan aroma ke-Qur’anan.
sehingga beliau tergerak untuk meminta Jama’ah Syaikh Juned untuk bersama
mengamalkan Hirzul Jausyan tersebut di IIQ Jakarta. Hal ini juga sebagai
selingan kegiatan pesantren, yang di isi dengan Selingan yang bagus, yaitu Do’a
dan Shalawat.
Syaikh Juned
tidak serta merta langsung menerima permintaan tersebut, tetapi beliau
Istikharah terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk mengadakan majlis
di IIQ tersebut.
Hizib ini di
amalkan oleh komunitas Sunny dan Syi’ah, lebih-lebih kalangan Shufinya. Bahkan
di amalkan juga oleh Sa’id Nursi turki. Memang ada perbedaan sedikit antara
redaksi Hizib ini, namun pada intinya itu adalah isi dari Hirzul Jausyan itu
sendiri. Bedanya Sa’id Nursi mengganti “al-Ghouts – al-Ghouts dengan al-Aman
– al-Aman” sedang dalam tradisi syiah “al-Ghouts – al-Ghouts” dua
kali, sedang dalam tradisi Sunny dibaca tiga kali.
Memang sanad
Hizib ini jika dilihat dari sudut pandang Ilmu Hadist, sanad tersebut tidak
bisa di pertanggung jawabkan. Tetapi tradisi sanad dalam tasawwuf tidak seketat
dalam disiplin ilmu hadist. Bahkan ada cerita Imam Ghazali mengkonfirmasi
langsung hadist-hadistnya dalam ihya kepada Nabi.
Pernah suatu
ketika Prof. Dr. Ali Musthofa Ya’qub, MA di berikan Hizib ini oleh santrinya
dari kediri. Beliau berkomentar bahwa ini dari segi sanad memang bermasalah,
tetapi secara isi bagus.
“Saya merasakan
berbeda dengan adanya Hirzul Jausyan dan tidaknya di IIQ ini” komentar pak
hasan ketika di tanya apa yang di dapatkan dari mengamalkan Hizib ini. Beliau
juga menjelaskan bahwa isi dari hirzul jausyan adalah Do’a. Sebagai suatu
contoh “Ya Kaasyifal Muskilat” bahwa masalah-masalah kita akan di urai
oleh Allah Swt. Seolah-olah masalah kita akan terurai dengan sendirinya.
Dan beliau
mengatakan “akan merasa tenang” karena ketenangan setiap orang akan
beda-beda. Beliau mengatakan Do’a Hirzul Jausyan ini bukan Hanya untuk IIQ
tetapi juga untuk Indonesia. “Kata Beliau”. Beliau juga mengutarakan bahwa saat
ini keadaan indonesia sedang berada dalam posisi yang tidak menentu, semuanya
serba subhat dan tidak jelas. Oleh karena itu kita harus banyak berdo’a meminta
pertolongan Allah Swt.
Beliau
mencontohkan bahwa sekarang banyak orang baik yang terlihat buruk karena di
Freming oleh Media dan begitu juga sebaliknya. Maka kita harus banyak berdo’a.
Beliau juga mengatakan bahwa ini adalah “Do’a IIQ Untuk Bangsa”.
Sedangkan orang
yang mengikuti kegiatan ini untuk Dunia dan lain sebagainya itu gambaran orang
yang tertutup mata hatinya. Dan efeknya akan kembali kepada dirinya sendiri.
Sebagaimana di katakan oleh Ibn Atho’illah as-Sakandari “Orang yang mengejar
sesuatu yang sudah dijamin oleh Allah (Harta), sedangkan ia abai terhadap
sesuatu yang di tuntut oleh Allah (Ibadah), maka dia sedang tertutup hatinya”.
Masalah-masalah
dalam tasawwuf masih sangat relefan dalam konteks saat ini, karena Zuhud,
Tawakkal, Sabar, Ikhlas adalah Konsep Hati. Bukan hal yang kasab mata. Bahkan
Syaikh Hasan as-Syadzalli adalah Gambaran Tokoh Shufi yang kaya raya. Bahkan
para shufi yang kaya tidak memperdulikan hartanya.
Justru dengan
tasawwuf maka manusia akan semakin beradab, tasawwuf adalah intisari dari
Akhlak. Maka dengan bertasawwuf orang akan semakin berahklah. Maka Tasawwuf
dapat menjawab tantangan zaman. Bahkan beliau berpendapat bahwa “justru saat
ini manusia wajib bertasawuf”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar